Melihat posisi Indonesia sebagai negara maritim yang sangat luas dan terisolasi, jelas RRI akan memainkan peran utama menyebarluaskan informasi ke seluruh negeri tanpa sekat geografis. Gelombang radio bahkan menembus batas wilayah negara, misalnya ke negara tetangga Malaysia dan Brunei Darussalam.
Kita masih ingat acara RRI Nusantara 4 Makassar yang sangat populer pada tahun 1960-an, “Dialog Ramadan” bersama Pak Kiai dan Daeng Naba” (K.H. Bakri Wahid dan Syamsu Marlin, BA, almarhum) yang terpantau sampai di negara tetangga.
Kemampuan RRI menembus batas inilah yang menempatkan posisi radio sebagai media yang paling tepat untuk mempersatukan wilayah dan penduduk Indonesia yang tersebar pada 17,000 pulau sesuai data pada tahun 2021 dan berjumlah 268 juta jiwa lebih. Pada posisi ini, media lain tidak dapat mengambil peran sebagaimana yang dimainkan RRI.
Saya juga ketika itu memberikan contoh bahwa radio merupakan piranti teknologi yang dapat mentransformasikan informasi dan dapat dimiliki dengan mudah oleh penduduk. Tidak hanya itu, pesawat radio dapat dibawa-bawa ke mana pun pemiliknya pergi. Ketika berkunjung ke Sorowako pada akhir 1980-an saya melihat almarhum Bapak Arsyad Subik, Kepala RRI Nusantara IV Ujungpandang ketika itu, membawa radio kecil untuk memantau siaran RRI 4 Ujungpandang dari jarak sekitar 600 km stasion.
Contoh praktis lain, para nelayan yang sedang melaut dan menunggu bagannya, dapat membawa pesawat radio ke tengah laut dan sambil mendengar siaran berita dan alunan musik di kala menunggu pancing dan bagan mereka diangkat. Peran pragmatis seperti ini mustahil dapat dimiliki oleh media berita dan media siar lainnya.
Jadi, saya menyimpulkan, teman-teman angkasawan RRI tidak perlu galau, apalagi berkecil hati dengan kehadiran pesaing-pesaing baru dari media lain. Kini, RRI sudah mengolaborasikan peran media konvergensi, yakni penyatuan media siaran, live streaming, laman berita, dan platforman media sosial.
Di kekinian, dengan perkembangan teknologi yang mengantar hampir dua pertiga penduduk Indonesia memiliki gawai, merupakan peluang bagi RRI memiliki mata dan mulut ke seluruh negeri. Mereka akan dapat berkomunikasi dengan RRI setiap saat, seperti yang diperankan RRI Pro3 Jakarta saat ini, yang setiap saat menerima laporan melalui telepon dari pendengar dari berbagai pelosok negeri.
Ketika mengantar mahasiswa KKN Unhas pada tahun 2013 ke Pulau Miangas, dari atas Bukit Keramat pulau itu, selama setengah jam saya melaporkan secara hidup dari pulau yang hanya sekitar 40 mil dari Filipina itu. Dan, ini hanya dapat diperankan oleh RRI. Bagi saya, itu luar biasa peran RRI ? Selamat Hari Radio, Sekali di Udara tetap di Udara. Jaya. (*)