Oleh : H Hasaruddin, Guru Besar UIN Alauddin Makassar
Alquran Firaun seorang raja Mesir kuno sebagai lambang kejahatan yang berkuasa secara semena-mena. Di antara penduduk Mesir saat itu, adalah kaum Yahudi, yang mewarisi moyang mereka Ibrahim AS.
Walau kaum Yahudi agak menyimpang dari ajaran Ibrahim AS, namun mereka masih memiliki potensi kebenaran dan keadilan yang lebih besar daripada bangsa Mesir di bawah kekuasaan Firaun. Akibatnya, kaum Yahudi ditindas dan diperbudak oleh sang penguasa zalim saat itu.
Musa adalah seorang Yahudi, yang secara ironis dibesarkan di kalangan istana Firaun. Musa dapat dikatakan tumbuh sebagai bagian dari establishment, meskipun kemudian mampu melepaskan diri dari bagian kehidupan istana.
Allah SWT memerintahkan Musa AS membebaskan bangsa Yahudi dari cengkeraman kekuasaan zalim Firaun saat itu. Peristiwa tersebut terjadi setelah Musa AS tinggal kurang lebih delapan tahun bersama Nabi Syu'aib di Madyan dan mendapat pelajaran lebih mendalam tentang Tauhid dari dari Nabi yang juga mertuanya sendiri.
Musa memohon kepada Allah SWT agar Harun AS yang juga merupakan keluarganya ikut membantunya menghadapi Firaun.
Harun AS adalah seorang Nabi yang memiliki lidah yang lebih fasih. Keduanya lalu menemui Firaun, menyampaikan pesan keadilan dan kebenaran. QS 20: 43- 44.
Allah SWT berpesan kepada Musa AS dan Harun AS untuk menggunakan tutur kata yang lembut kepada Firaun yang bengis itu, sebagai upaya persuasif agar Firaun menerima segala sesuatu yang disampaikan oleh Musa AS dan Harun AS.
Tutur kata yang lembut tidak membuat Fir'aun tergerak untuk meninggalkan kezaliman. Terbukti, Musa AS dan pengikunya tetap dikejar-kejar oleh Firaun untuk dibunuh. Allah A'lam. ***
Makassar, 4 Oktober 2021