Sejak 17 Februari hingga 3 Maret 2021 dia produktif menulis meski terbaring di rumah sakit. Sebanyak lebih 50 puisi kemudian tercipta, di mana 17 di antaranya dibuatkan musikalisasi puisi. Menariknya, puisi yang sudah dimusikalisasi itu dibuatkan juga cord gitarnya, supaya mudah dimainkan. Lebih menarik lagi, buku ini juga menyertakan barcode, sehingga begitu di-scan langsung terhubung ke kanal YouTube.
“Dengan begitu, orang bisa menikmati puisi yang dilagukan dengan petikan gitar yang merdu,” terang lelaki yang pernah jadi jurnalis itu.
Agus K Saputra menambahkan, dia memang mau memberikan sesuatu yang berbeda lewat buku kumpulan puisinya kali ini. Bukan saja teks puisi tapi juga puisi-puisi yang sudah dimusikalisasi dan sudah diformat secara audio visual sesuai era digital. Jadi orang bisa mengapresiasi puisi dengan cara yang berbeda.
Sebelumnya, dia sudah menerbitkan buku kumpulan puisi “Kujadikan Ia Embun” (2017), “Menunggu di Atapupu” (2018), “Sepucuk Surat dan Kisah Masa Kecil” (2019), dan “Bermain di Pasar Ampenan” (2021). Dia mengaku punya banyak stok puisi yang lahir ketika ditugaskan di beberapa kota. Namun puisi-puisi dalam buku “Mencari Rumah Sembunyi” dirasakannya berbeda. Karena di situ tergambarkan perenungan dan semangatnya untuk sembuh dari paparan Covid-19. (*rt/rk)