Jepang sejak 1998 hingga saat ini menjadi langganan tim peserta Piala Dunia. Tim ini sempat melangkah ke fase 16 besar tiga kali, yakni 2002, 2010, dan 2018. Pada Piala Dunia 2022 Qatar, tim Jepang dilatih Hajime Moriyasu yang menjadi pelatih tim Jepang sejak 2018. Pria 54 tahun ini pada waktu itu menjadi asisten dari Akira Nishino yang menjadi pelatih Jepang.
Jika saja Korea Selatan mampu mengikuti jejak kedua sahabat Asia-nya itu (Arab Saudi dan Jepang) dengan mengalahkan juara Piala Dunia 1930 dan 1950 Uruguay, tentu saja ini merupakan lampu hijau bagi bangkitnya prestasi sepakbola Asia. Korea Selatan bertemu Uruguay, Kamis (24/11/2022) di Grup H.
Korea Selatan pernah mencatat prestasi gemilang pada tahun 2002, ketika menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tim dari negeri ginseng tersebut sempat menghempaskan Italia melaju ke perempat final. Korea Selatan dijegal Turki dalam perebutan peringkat III dan harus puas di peringkat IV.
Pada tahun 2010 di Afrika Selatan, Korea Selatan hanya tembus ke babak16 besar. Pertandingan Kamis ini merupakan partai ulangan ketika melawan Uruguay pada tahun 2010, saat Korea Selatan takluk 1-2 pada 10 menit terakhir, ketika Luiz Soares memastikan kemenangan bagi tim Amerika Latin yang menjadi tuan rumah pertama Piala Dunia tahun 1930 tersebut.
Pada Piala Dunia 2014 di Brasil, sukses Korea Selatan adalah menahan imbang Rusia pada fase grup. Namun tim Asia ini kalah saat berhadapan dengan Aljazair dan Belgia, sehingga terlempar dari mewakili grup ke babak berikutnya.
Pada Piala Dunia 2018 di Rusia, Korea Selatan gagak masuk fase grup, namun mampu menghempaskan Jerman melaju ke babak 16 besar. Ketika itu, Korea Selatan yang dilatih oleh Shin Tae yong (kini pelatih timnas Indonesia) berhasil mengalahkan tim panser 2-0. Korea Selatan kalah poin dengan Meksko dan Swedia. Kalau saja Meksiko mampu mengalahkan Swedia, Korea Selatan-lah yang mendampingi Meksiko ke babak berikutnya.
Lalu bagaimana dengan prestasi sepak bola Indonesia ? Agaknya, Indonesia harus membereskan dulu penuntasan kasus Tragedi Kanjuruhan Malang yang menelan 135 nyawa melayang 1 Oktober 2022 silam. (*)