Oleh: Rusdin Tompo (Penulis, Pegiat Literasi, dan Koordinator Perkumpulan Penulis Satupena Provinsi Sulawesi Selatan)
“Tabe, mari saya foto ki, Pak,” tawar saya pada lelaki yang barusan saya lihat berupaya menaiki badan Pinisi berukuran besar di Tana Beru, Kelurahan Bonto Bahari, Bulukumba.
Saya menawarkan padanya untuk difoto, karena saya tahu, itu momen berharga baginya. Sebagai seorang yang sudah berkiprah di level nasional dan menetap di ibu kota Jakarta, tentu berada di atas Pinisi, di pusat pembuatan perahu yang jadi ikon Sulawesi Selatan itu, merupakan sesuatu baginya. Bahkan, sebenarnya, sebelum dia naik ke atas Pinisi pun, secara ‘candid’ saya sudah memotretnya.
Begitu selesai saya potret, saya mengajaknya ngobrol, dengan mengatakan, tetangga saya di Kassi-Kassi, Makassar, merupakan sahabatnya. Saya sebut nama tetangga saya itu, tapi lelaki dengan topi bergaya newsboy cap tersebut tak lagi mengingatnya. Maklum, itu kejadian tiga dekade silam, ketika teman saya menyebut nama panggilannya: A’ba.
Saya tahu sapaan itu karena diceritakan oleh tetangga saya. Namun, sebagai teman seangkatan, saya hanya kenal namanya Gazalba Saleh atau ada juga yang menyapanya Alba.
Walau tidak dekat semasa kuliah di Kampus Merah, Tamalanrea, tapi saya mengenalnya. Pertemuan di atas Pinisi itu terjadi, lantaran ada acara reuni 35 tahun angkatan 87 FH-UH, yang diadakan di kawasan wisata Bira, Bulukumba, 28-30 Oktober 2022.
Sebelum ke acara di Bira itu, saya kerap membaca postingan di grup alumni, beberapa teman menyapanya YM, singkatan dari “Yang Mulia”, sebutan bagi seorang hakim. Sahabat kami itu bahkan bukan sekadar seorang hakim, tapi HAKIM AGUNG pada Mahkamah Agung RI.
Dr Gazalba Saleh, SH, MH mencapai posisi terhormat itu sejak 7 November 2017, setelah dilantik Ketua MA, M Hatta Ali. Pengalaman kariernya hingga mencapai HAKIM AGUNG itu pula yang dibagikan ke teman-temannya saat reuni.
Kembali ke momen foto di atas Pinisi, begitu selesai motret, saya bagikan fotonya di grup, dan beberapa foto teman lainnya. Dari belakang, saat kembali berada di bus, saya kemudian melihat dia membuka-buka WhatsApp dan menemukan fotonya. Foto ‘karya’ saya tadi lalu dia teruskan di akun Telegramnya. Saya tahu karena saya hanya berjarak satu derekan bangku di belakangnya.