Rektor Perempuan Pertama di Indonesia Timur Tutup Usia, Kakanwil Kemenag Prov. Sulsel Ucap Duka Mendalam

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Lulus dari Madrasah Muallimat Yogyakarta, Rasdiyanah melanjutkan studi di Fakultas Hukum Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga. Sembari belajar, ia juga aktif berorganisasi. Rasdiyanah merupakan kader Nasyiatul ‘Aisyiyah, sebuah wadah organisasi bagi kader muda ‘Aisyiyah.

Rasdiyanah dikenal sebagai perempuan yang cerdas. Tidak hanya di bidang akademik, tapi juga di bidang sastra. Pengetahuannya tidak terbatas pada hal ihwal agama, tapi juga pengetahuan umum bahkan sastra.

Kecerdasan dan perhatian Rasdiyanah terhadap pendidikan mengantarkannya menjadi Rektor IAIN Alauddin Makassar (dulu Ujung Pandang). Waktu itu, ia dilantik langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Munawir Syadzali bertepatan dengan 1 Juni 1985. Pengangkatan itu membuat namanya kian melambung.

Ia merupakan perempuan pertama yang menjadi rektor IAIN di Indonesia. Selain itu, ia juga tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi rektor di wilayah Indonesia Timur. Ketika diamanahi menjadi rektor, Rasdiyanah sebenarnya belum berstatus guru besar. Namun, kemampuannya tidak ada yang meragukan. Sebelumnya, ia terlebih dahulu menduduki jabatan Wakil Rektor di Institut yang sama.

Dilansir dari uin-alauddin.ac.id, digambarkan bahwa kepemimpinannya merupakan perpaduan antara seorang birokrat, intelektual, dan sosok ibu. Setelah menjabat sebagai Rektor IAIN Alauddin dua periode berturut-turut (1985-1989 dan 1989-1993), Rasdiyanah mendapat amanah sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia.

Rasdiyanah menikah dengan Amir Said pada 1962. Dari pernikahan itu ia dikarunia 6 (enam) anak: lima perempuan dan satu laki-laki. Kepada anak-anaknya, ia melatih mereka hidup dengan kedisiplinan yang tinggi. Ia juga mendidikan mereka dengan pendidikan agama yang ketat.

Atas jasanya, di usianya ke-75, UIN Alauddin Makassar mempersembahkan buku Refleksi 75 Tahun Prof Dr Andi Rasdiyanah: Meneguhkan Eksistensi Alauddin. Secara pribadi, Rasdiyanah juga menulis beberapa karya, seperti Bugis Makassar dalam Peta Islamisasi Indonesia dan kumpulan Puisi Al-Quran. Karya-karyanya pernah menjadi bahan diskusi di Dewan Kesenian Makassar. (Wrd)

1
2
TAMPILKAN SEMUA
Baca juga :  Wujudkan Impian Jemaat, Satgas Pamtas Yonif 711/Rks Bantu Membangun Gereja

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Sulsel Jaga Asa Juara di MQKN 2025, Enam Nomor Lolos ke Final

PEDOMANRAKYAT, WAJO — Harum nama Sulawesi Selatan kembali mengalun di ajang Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) 2025. Bertempat di...

Laskar Hanura Rayakan 3 Tahun Perjalanan dengan Maulid Nabi di Makassar

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Laskar Masa Depan atau yang dikenal dengan Laskar Hanura, komunitas yang digawangi Jack Sardes bersama...

Dr. Sri Gusty: Sekolah Adiwiyata Bukan Sekadar Tampilan Fisik, tapi Karakter Peduli Lingkungan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - “Sekolah Adiwiyata itu bukan cuma soal tampilan fisik yang bersih dan indah, tapi juga tentang sikap...

Ratusan Umat Kristiani Hadiri Ibadah Minggu di GMIM Ebenhaezer Woloan II, Pnt. Alfred : Berbahagialah Bangsa yang Allah-Nya Ialah Tuhan

PEDOMANRAKYAT, TOMOHON - Sekitar kurang lebih 350 orang umat Kristiani yang berdomisili di Desa Woloan II, Kecamatan Tomohon...