3. Tahap tersier – jika diobati maka organ akan maju ke tahap laten setelah seseorang terinfeksi.
4. Tahap laten – sifilis tidak menimbulkan gejala akan tetapi bakteri ada dalam tubuh penderita.
Penyakit yang dialami oleh orang dewasa akan tetapi bisa ditularkan pada anak-anak dari orang tuanya. Kasus ini meningkat dengan signifikan khususnya pada anak-anak hingga mencapai 70 persen dalam 5 tahun terakhir.
Pada tahun 2018 kasus sifilis tercatat mencapai total 12.484 kasus, jumlah ini terus meningkat dan menjadi 20.783 kasus pada tahun 2022. Setiap tahun ada penambahan rata-rata 17-20 ribu kasus.
Rendahnya jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan yang seharusnya, hanya 41 persen yang menjalani pengobatan. Sisanya 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan dampak cacat pada anak oleh ibu hamil yang masih dalam kandungan melalui plasenta dan aliran darah hingga sistem saraf lainnya. Stigma unsur malu oleh si penderita berpotensi untuk tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan.
Setiap tahunnya dari 5 juta kehamilan hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang diskrinning sifilis, dan dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil adalah positif sifilis.
“Dampak pada anak sangat fatal jika tidak meninggal bisa juga terpapar penyakit sifilis seumur hidup,” ujar Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syafril di sidang pers yang digelar secara daring di Kemenkes, 8 Mei 2023.
Langkah pencegahan penyakit sifilis adalah dengan tidak berhubungan sex bebas dengan berganti-ganti pasangan dan memakai alat kontrasepsi.
Melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi dini penularannya. (*)