Muhammadiyah perlu tokoh-tokoh baru. Saat ini top of mind tokoh Muhammadiyah masih itu-itu saja. Muhammadiyah perlu menghasilkan tokoh-tokoh baru lintas bidang yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan publik. Bukan hanya tokoh agama, penceramah, atau intelektual, melainkan perlu meluas ke berbagai bidang lain, mulai dari seni, budaya, politik, bisnis, dan lainnya.
“Muhammadiyah perlu lebih terbuka ‘menyambut’ dan ‘mengklaim’ banyak tokoh lintas bidang,” ujar Ismail yang merupakan pencipta Drone Emprit.
Drone Emprit adalah alat untuk memonitor percakapan netizen di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan TikTok, dan juga memonitor pemberitaan di media online berdasarkan kata kunci, nama tokoh, dan nama peristiwa.
Tik Tok dan Gen Z Dalam Belajar Agama
Berdasarkan penelitian tentang TikTok dan Gen Z dalam belajar agama, ada empat poin yang ditemukan, yaitu pertama, materi agama di TikTok menarik karena sesuai dengan hasrat dan gaya belajar generasi Z, serta materi agama yang ditampilkan menjadi lebih ‘hidup”.
Kedua, belajar agama melalui TikTok mudah dipahami karena ditampilkan secara kreatif, sederhana, tidak bertele-tele dan bervariatif. Ketiga, Generasi Z mengakses TikTok selama 2 sampai 5 jam perhari.
“Keempat, implikasi TikTok terhadap minat belajar agama Generasi Z adalah memotivasi untuk beribadah dengan baik, menumbuhkan semangat dan rasa ingin tahu untuk belajar lebih dalam tentang ilmu agama, dan memberikan pengetahuan keagamaan baru,” urai Ismail.
Strategi Pemanfaatan Medsos untuk Tabligh Muhammadiyah
Untuk meningkatkan kehadiran dan pengaruh Muhammadiyah dalam dakwah digital, khususnya di platform TikTok, strategi yang konprehensif dan multifaset (banyak segi) perlu diimplementasikan.
Ada sepuluh poin analisis dan strategi yang dapat dipertimbangkan, yaitu pertama, identifikasi target audiensi: mengenali demografis dan kebutuhan generasi milenial atau Gen Z sangat penting. Ini termasuk memahami kecendrungan, nilai, dan cara komunikasi yang mereka baik.
“Kedua, pengembangan konten yang relevan dan menarik. Konten harus disesuaikan dengan platform TikTok, yang berarti pendek, menark, dan visual. Menggunakan format video pendek, meme, cerita inspiratif, dan pembelajaran singkat yang mudah dicerna,” rinci Ismail.
Ketiga, pemanfaatan tokoh muda dan influencer. Menggandeng tokoh muda Muhammadiyah yang memiiki pengaruh di media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya generasi muda. Kolaborasi dengan influencer yang memiliki niai dan visi yang sejalan juga dapat meningkatkan jangkauan.
Keempat, pelatihan produksi konten digital. Melalui pelatihan yang didukung LazisMu PP Muhammadiyah, anggota dan simpatisan dapat dilatih untuk membuat konten digital yang berkualitas, yang meliputi penulisan, produksi video, hingga strategi media sosial.
Kelima, strategi tagar yang efektif. Penggunaan tagar yang kreatif dan relevan dapat meningkatkan visibilitas di TikTok. Selain itu, menciptakan tagar khusus untuk kampanye atau event tertentu akan membantu meningkatkan engagement.
Keenam, interaksi dan komunitas.
Membangun komunitas di TikTok melalui interaksi yang konsisten, seperti menjawab komentar dan pesan, serta mengadakan live session atau Q&A secara rutin.
“Ketujuh, konten yang berorientasi pada edukasi dan inspirasi. Selain konten religius, menyediakan konten yang berfokus pada edukasi umum, kesehatan mental, dan inspirasi dapat menarik minat generasi muda yang mencari lebih dari sekadar hiburan,” sebut Ismail.
Kedelapan, analisis dan adaptasi. Secara rutin menganalisa performa konten dan strategi yang digunakan, lalu mengadaptasi berdasarkan feedback dan tren terkini.
Kesembilan, kolaborasi dan sinergi. Mencari kemungkinan kolaborasi dengan lembaga atau komunitas lain yang memiliki nilai dan tujuan yang sejalan untuk memperluas jangkauan dan efektivitas.
Kesepuluh, penggunaan teknologi dan platform lain. Selain TikTok, interaksi dengan platform lain seperti YouTube, Instagram, dan Facebook, juga penting untuk menjangkau audiens yang lebih banyak dan beragam.
“Pendekatan ini perlu dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan untuk memastikan Muhammadiyah mampu bersaing dalam dakwah digital, khususnya di era serba digital saat ini,” kata Ismail Fahmi. (bersambung)