PEDOMAN RAKYAT, MAKASSAR - Pengusaha dan politisi Ir Arwan Tjahjadi, Senin (15/1/2024) sore, meluncurkan buku berjudul “Mengalir dari Pengusaha ke Politisi” di Hotel Horison, Makassar. Buku setebal 146 halaman yang ditulis Yudhistira Sukatanya dan Shaifuddin Bahrum (alm) itu, terdiri atas lima bagian yang bercerita tentang masa kecil, membangun bisnis, mengalir ke dunia baru: dunia politik, menuang air dari bejana sosial, dan terus mengalir bagai air.
Dipandu Nurhidayatullah B Cottong acara peluncuran buku ini menampilkan pembedah, Dr.Mukhlis PaEni, M.A. (Budayawan) dan Razak Djalle (Praktisi Pariwisata). Sementara penanggap terdiri atas Prof.Halilintar Latief, Drs. Ronny Japasal, Ir.Yongris, Emmy Jita, Bachtiar S.H. dan Chandra Djaja. Ikut memberikan komentar Prof.Dr.Aminuddin Salle, S.H.,M.H. (Ketua Dewan Budaya Kota Makassar) dan Prof.Dr. Muammar Bakry, Lc, M.Ag. (Dosen UIM).
Dr.Mukhlis PaEni ketika memberikan catatan terhadap sosok Arwan Tjahjadi mengatakan, buku yang diterbitkan Penerbit dan Percetakan “Pakalawaki” ini merupakan sejarah sosial di Makassar dan di dalamnya ada nama seorang Arwan Tjahjadi. Ketika masih kecil di Jl Lembeh, Makassar, Arwan bermain dengan teman-temannya yang berasal dari berbagai etnis. Ada Ambon, Timor, Bugis, Toraja, Sumba, Jawa, dan Tionghoa. Ini hal yang sangat penting. Inilah yang menjadi modal hingga suatu saat pada tahun 1998 dia diminta menjadi anggota Dewan.
“Arwan yang bergaul dengan beragam etnis itu merupakan suatu bentuk pluralisme kebinnekaan yang sangat penting. Ada kerukunan dalam pluralisme,” kata Mukhlis PaEni.
Menurut Mukhlis, pluralisme kerukunan yang dipraktikkan Arwan Tjahjadi di depan Gedung Kuomintang Jl. Lembeh itu belum terjawab dan terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pluralisme itu, sebut Mukhlis, merupakan ciptaan Tuhan.
“Yang belum selesai hingga sekarang adalah multikulturalisme, yang harus dicari jawabannya bahwa yang serba tidak sama itu memiliki hak yang sama. Kedudukan dan harkat serta ruang yang sama dalam bernegara dan berbangsa. Itu belum selesai,” sebut Mukhlis.
Arwan Tjahjadi lahir dari ayah bernama Sjamsir Tjahjadi, pedagang perantara yang lahir pada tahun 1924 dengan nama Tjoa Hoei Lieng. Orang tua Sjamsir bernama Tjoa Tjong Siong dan Thio Biao Fang. Sjamsir anak ketiga dari tujuh bersaudara.
Setelah dewasa, Sjamsir menikahi Naga Puspa, perempuan kelahiran 1927 bernama lahir Tong Tjoei Ie. Gadis berparas jelita yang dinikahi Sjamsir ini, putri keempat dari enam bersaudara, anak pasangan Tong Hok Tiang-Yap Soang Hae. Naga Puspa sebenarnya bukan pilihan Sjamsir, melainkan pilihan orang tuanya. Orang tuanya memilihkan pasangan karena anaknya ketika itu belum membuka pintu hati bagi seorang gadis.
Lahir 30 Oktober 1952, Arwan dengan nama lahir Tjoa Kian Djoe, merupakan anak keempat pasangan Sjamsir-Naga Puspa. Arwan kemudian menikah dengan Fientje Djayakusli dan dikaruniai tiga anak, Irma, Amri, dan Mira Tjahjadi. Sarjana Arsitek Fakultas Teknik Unhas 1980 ini, termasuk Chairman Losari Hotels Indonesia.
Arwan pernah terlibat dalam banyak organisasi social kemasyarakatan hingga menjadi anggota DPRD Kota Makassar (1999-2004 dan 2004-2009, Fraksi Partai Demokrat) dan Dewan Pendidikan Kota Makassar (2003-2009). Sejumlah penghargaan pernah diperolehnya. (MDA)