Hal senada di sampaikan Anil Hukmah yang melihat parpol tidak menjalankan kaderisasi sehingga kita tidak melihat kualitas kader, dan hanya jalan pintas.
Sementara penggerak literasi, Rusdin Tompo melihat, seharusnya parpol harus mengikuti perubahan, dan mencermati sekarang ini kekuasaan sesungguhnya kehausan.
“Perlunya proses kolaborasi untuk mengkawal Pilkada pada Nopember 2024 di Sulsel,” ajak Rusdin Tompo.
Menyikapi tanggapan-tenggapan tadi, Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM, mencermati pada Pemilu di Bulan Februari 2024 kemarin, fenomena rusaknya tata nilai dalam budaya politik Indonesia, yang ditandai dengan transaksional politik yang massif dan nyata terjadi di depan mata.
“Sehingga banyak pakar dan polotisi menyatakan bahwa Pemilu 2024 merupakan Pemilu uang paling brutal sepanjanh sejarah kita sebagai bangsa,” ujar Ajiep Padindang.
“Saat ini kami sedang melakukan kajian tentang prilaku politik masyarakat pada pemilu 2024 dan akan menyusun buku terkait Budaya Politik dan Politik Budaya yang Insyaa Allah akan diterbitkan pada awal Bulan Mei 2024,” kata Ajiep Padindang yang juga Pembina LAPAKKSS.
Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 18.05 wita, para seniman, budayawan, akademisi maupun dari insan pers masih bersemangat untuk berdiskusi sesuai acara FGD sore ini, namun sesuai jadwal buka puasa ramadhan yang jatuh pada pukul 18.08 wita, oleh Andi Mahrus Andis di daulat memimpin doa sebelum beduk magrib terdengar. (rk)