“Dengan sinergi antara Pemkab, Kecamatan, Kelurahan, Desa, kader Posyandu, kader PKK dan masyarakat, diharapkan angka stunting di Sinjai dapat terus menurun sehingga generasi masa depan dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sinjai Drs. Janwar mengatakan angka prevalensi stunting di Sinjai masih terbilang tinggi yakni 33,5 persen di tahun 2023.
Untuk menekan hal ini, kata dia, diperlukan langkah strategis yang efektif dan efisien sebagai upaya mencegah kasus dengan melibatkan kerja keras, kerja cerdas dan kerja kolaboratif semua pihak.
Selain itu, dibutuhkan pendampingan dan intervensi secara intensif, konvergen, konektif dan intergratif berkualitas dengan sasaran ibu hamil dan balita berisiko berpotensii melahirkan anak stunting yang baru.
“Untuk itu saat ini dilaksankan intervensi secara serentak untuk cegah stunting melalui pendataan, penimbangan, pendampingan, pengukuran, edukasi, validasi dan intervensi bagi seluruh calon pengantin, balita, ibu hamil secara berkelanjutan di seluruh Posyandu yang ada di Sinjai,” pungkasnya. (AaN)