PEDOMAN RAKYAT- MAKASSAR. Air adalah kebutuhan paling utama kehidupan manusia. Di Jeneponto, persoalan pengadaan air menjadi masalah berkepanjangan, 30 tahun terakhir nyaris tanpa solusi yang berarti.

Kekeringan dan ketiadaan sumber air menimbulkan kekhawatiran: para petani membiarkan lahannya tidak produktif, bahkan cenderung menjualnya (beralih profesi). Sesuai data Sensus Pertanian 2023, di Jeneponto didominasi petani berusia 45 tahun ke atas. Para petani lainnya cenderung menua. Pertanyaan gentingnya: apakah generasi muda masih berminat terjun ke sektor pertanian? Ini tantangan besar untuk pemerintahan Jeneponto.
Jika kekeringan dan ketersediaan air di Jeneponto tidak juga kunjung ditangani secara maksimal dan sungguh-sungguh, maka Jeneponto tidak saja krisis air, tapi juga KRISIS PETANI. Jeneponto akan ditinggalkan penduduknya, mengais rezeki di negeri orang.
Tantangan dan kenyataan ini “memaksa” calon bupati Jeneponto Maysir Yulanwar untuk membuat Program Jangka Panjang dan Jangka Pendek di bidang pertanian, khusus menjamin penyediaan air (irigasi).
Program jangka panjangnya adalah akan membangun KANAL MARANNU; sungai buatan yang membelah Jeneponto dari Barat ke Timur sepanjang kurang lebih 100 km, dengan lebar 10-15 meter. Kanal ini akan melintasi dan menghubungkan 3 sungai besar (Sungai Kelara, Sungai Pokobulo, dan sungai Tamanroya) serta 35 anak sungai lainnya.
Program ini berat, tapi bukan berarti tidak mungkin. Kanal ini tentu saja diharapkan menjadi proyek nasional yang diperuntukkan di Jeneponto; yang harus diselesaikan meski berganti bupati.

