Petani sudah harus mengubah dari cara tradisional ke sistem industri pengolahan. Peran teknologi sangat berperan meningkatkan nilai tambah rumput laut agar bisa menjadi produk turunan yang memiliki pangsa pasar besar, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Limbahnya bahkan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, pakan ternak bahkan bata ringan.
KOMODITAS GARAM
Garam Jeneponto merupakan komoditi andalan dan terbesar di kawasan Timur Indonesia (peringkat 14 terbesar di Indonesia). Selain kuda, garam sudah identik dengan Jeneponto. Areal penggaraman seluas 556,55 Ha dengan produksi 29.647,50 Ton/tahun.
Sayangnya masih diolah secara tradisional. Minimnya gudang penyimpanan garam, kualitas garam yang rendah, informasi pasar yang tidak jelas, dan rantai eksploitatif para tengkulak adalah rentetan hambatan yang menekan pendapatan petani garam.
Kata kunci untuk solusi petani garam di Jeneponto adalah teknologi, peningkatan kualitas, meninggalkan cara tradisional ke industri. Garam sangat vital untuk kebutuhan industri, sebesar 3,7 juta ton/tahun. Jeneponto sangat berpeluang memanfaatkan pasar tersebut, dengan syarat: jumlah besar dengan kualitas sangat baik, kepastian pasokan, kontiniutas waktu produksi, dan memastikan ketersediaan produk di pasar.
Tujuan utama industrialisasi garam sangat jelas: Menjamin penyerapan garam produksi petani, membantu petani garam meningkatkan kualitas garam produksi dalam negeri, dan memutus mata rantai para tengkulak.
Ketiga komoditas primadona ini menjadi perhatian khusus calon bupati Jeneponto Maysir Yulanwar. Dikembangkan menjadi industri dan menjalankan program nasional hilirisasi komoditas unggulan untuk kemajuan masyarakat Jeneponto. Mohon dukungannya. (ab)