Suatu hari, seiring waktu perang saudara kian gawat berkecamuk, Paccallaya bermimpi, di dalam mimpi itu ia seolah melihat turunnya putri beserta rombongannya dari surgaloka di bukit Tamalate. Sang Putri tersebut diyakini akan dapat membawa perdamaian bagi Tanah Gowa.
Memerhatikan tafsir mimpi itu maka pada hari yang telah ditentukan, Paccallaya bersama Kasuwiang Salapanga sepakat akan berkumpul di Bukit Tamalate. Di sana mereka duduk melingkar mengelilingi segugusan batu cadas berukuran besar. Kemudian mengadakan Empo Sipangatarri atau perundingan saling mendengar dan mempertimbangkan usulan dari sembilan federasi. Dalam perundingan disepakati untuk bersama-sama menunggu kehadiran sang Putri turun kayangan untuk menjemput harapan terciptanya perdamaian.
Menjelang sore Paccallaya dan kesembilan Kasuwiang juga orang yang berdiam di kampung Bontobiraeng melihat kilatan cahaya warna warni di langit, kemudian cahaya itu tergerai turun perlahan-lahan ke bumi, berhenti di atas sebuah batu besar. Dari pusat kumparan cahaya di atas batu itu menjelma hadir seorang putri cantik bermahkota-tiara emas bertahtakan berlian, kalung emas, rantai emas, serta gelang emas. Kedatangannya didampingi dayang-dayangnya dengan iringan tabuhan gendang, Sang Putri tersebut lalu berdiri menatap sekelilingnya dengan tatapan anggun berwibawa.
Melihat peristiwa gaib itu, kesembilan Kasuwiang- kepala Kaum tersebut bersepakat bahwa inilah pemimpin yang dinantikan. Pembawa perdamaian di Butta Gowa. Paccallaya menghampiri sang Putri dan kemudian memberi hormat. Lalu memberi nama Tumanurung Bainea artinya Putri yang turun dari kayangan.
Paccallaya dan Sembilan Kasuwiang kembali berunding dan sepakat untuk mengangkat Sang Putri dari kayangan sebagai raja mereka. Namun sebelum menjalankan pemerintahan, Karaeng Bainea dan rakyat Gowa yang diwakili Kasuwiang Sembilan melakukan dialog yang kemudian dijadikan sebagai dasar kontrak sosial yang mengatur kewajiban masing-masing dalam menjalankan kekuasaan Pemerintahan.
Setelah terjadi kesepakatan, berkatalah Pacallayya: “Sombai Karaengnu To Gowa” Warga pun sontak berseru: Sombangku… Sombangku… Sombangku. Kemudian Karaeng Bainea atas permintaan Pacallaya berserta Kasuwiang Salapanga diangkat menjadi pemerintah kerajaan Gowa. (bersambung)