Setiap penari memainkan peran penting dalam menyampaikan narasi drama tari ini. Mereka berlatih tidak hanya untuk menyinkronkan gerakan, tetapi juga untuk memahami dan menghayati cerita yang ingin disampaikan. Kostum yang dipakai mencerminkan kepribadian karakter yang diperankan, sekaligus menghormati tradisi busana kerajaan Gowa, termasuk property yang digunakan para penari.
Musik pengiring, Saudara Haeruddin Ahar dengan Naslang untuk pertunjukan ini, juga menjadi fokus dalam latihan. Kolaborasi antara tim musik dan penari bertujuan untuk menciptakan harmoni sempurna antara gerakan dan irama, menambah kedalaman emosional pada setiap adegan.
Para penari dan seluruh pemain termasuk tim produksi optimis, persiapan intensif ini akan membuahkan hasil yang memuaskan.
“Kami berharap dapat memberikan penampilan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik dan menginspirasi penonton tentang kekayaan budaya kita,” tambah Nurlina Syahrir – mantan Dekan Sentratasik UNM dan Kelompok Seni Balla Mangkasara.
Kutai Festival Budaya Nusantara 2024 di Tenggarong, diharapkan menjadi ajang pertemuan berbagai budaya dari seluruh nusantara. Termasuk pertunjukan drama tari “Tumanurung Bainea Ri Tamalate” diharapkan menjadi salah satu untuk memperkenalkan keindahan dan kedalaman budaya Makassar kepada khalayak yang lebih luas. (bersambung)