Oleh M.Dahlan Abubakar (Wartawan Senior)
Seminggu sebelum pembukaan “Beatiful Malino” 12-14 Juli 2024, di Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong, diluncurkan satu objek wisata baru yang sangat memesona. Berada di bukit dengan ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut (mdpl), Siera Sky View (SSV) boleh jadi merupakan magnet baru objek wisata Malino. Kalau sekadar ingin merasakan sensasi berada di atas awan, orang tidak perlu jauh-jauh ke Lolai, Kabupaten Toraja Utara. Siera Sky View saya yakin dapat menjamin pesona Anda ‘takluk’ di sini.
Berada di areal seluas 21 hektare, SSV berjarak 71,5 km di sebelah timur Kota Makassar. Dari Kota Malino jaraknya 10,4 km dan dapat ditempuh sekitar 24 menit berkendaraan mobil. Jadi, jika dari Makassar jarak ke SSV dapat ditempuh sekitar 2-2,5 jam.
Lokasi ini berada di sebelah kiri jalan poros ke arah Tombolo Pao dan Sinjai. Pengunjung masuk melalui jalan di depan pintu gerbang jalur ke arah kebun teh, tetapi silakan mengambil jalur sebelah kanan lalu terus menyusuri jalan ke atas. Kalau lurus, Anda akan bertamu ke pabrik teh. Anda harus menyusuri jalan di sebelah kanan.
Jalan ke arah SCC sudah diaspal bagus. Hanya sedikit sempit, namun mobil masih bisa berpapasan. Menjelang sekitar 1 km sebelum jalan ke arah SSV, kondisi jalan sebagian kurang mulus. Tetapi kendaraan masih dapat meluncur sekitar 20 km per jam.
Perjalanan Anda jika masih pagi hingga pukul 12.00 Wita, akan ditemani balutan kabut putih. Bagi pengunjung baru, pasti merasakan jarak ini cukup jauh. Jarak yang terasa jauh ini akan hilang lenyap saat Anda berada di puncak SSV. Oleh sebab itu, sangatlah merugi dan tidak sempurna perjalanan wisata Anda ke Malino kalau tidak menyambangi Siera Sky View. Ini tentu saja bagi mereka yang belum pernah ke ‘kota kecil ini’.
Soal koneksi telepon seluler, tidak perlu khawatir. Di atas puncak SSV ini, signal ponsel cukup kencang. Sebab, ketika di SSV saya sempat melakukan laporan langsung ‘by phone’ dengan RRI Makassar selama beberapa menit. Saya memang termasuk salah seorang kontributor media publik ini, sehingga ke mana pun saya pergi dan kunjungan itu bernilai informasi yang layak diketahui publik, saya selalu melaporkannya.
Bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana kabut di ketinggian, Siera Sky View menjadi pilihan yang tepat. Saya belum memperoleh informasi apakah jika pengunjung ke SSV sangat pagi atau subuh akan menemukan awan menjadikan SSV negeri di atas awan? Kalau saja di SSV pun bisa menyaksikan dan menjadi ‘negeri di atas awan’ , mengapa kita harus jauh-jauh ke Lolai, Toraja Utara. Bukit SSV jauh lebih spektakuler. Kita dapat melepaskan pandang sejauh mata memandang, meskipun hingga tengah hari masih berselimut kabut.
Objek wisata ini pertama di ”soft launing; 7 Juli 2024. Namun Bupati Gowa Adnan Purichta Ikhsan meresmikan 12 Juli 2924, bertepatan dengan hari pertama pelaksanaan Beatiful Malino. Adnan mengharapkan kehadiran Siera Sky View ini diharapkan dapat mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD). Pasalnya, setiap orang yang akan memasuki wahana SSV dikenakan tiket masuk Rp 25.000 untuk orang dewasa dan Rp 15.000 bagi anak-anak. Bagi para pengunjung akan tidak lengkap masuk ke berbagai fasilitas objek ini jika tidak menengok fasilitas yang disediakan.
“Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gowa tertinggi kedua di Indonesia,” sebut putra mendiang Dr.Ichsan Yasin Limpo, S.H.,M.H. ini.
Manajemen SSV Fika Aulia menjelaskan kepada media, wahana yang tersedia di SSV ini menyontek fasilitas yang ada di berbagai negara Eropa, seperti Santorini (Yunani), bangunan kuno di Swiss, suasana bagaikan sedang melintas di atas jembatan di Venice, Italia, London Street Vies, Inggris, Kincir Angin Negeri Belanda, Selain berbagai miniatur dari negara Eropa, SSV juga menawarkan Asian Culture, misalnya Fushimi dari Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan, dan bangunan masjid tempat salat dari Indonesia.
“Setiap detail wahana dirancang untuk memuaskan pengunjung,” kata Fika Aulia kepada media. Di SSV kita dapat menemukan wahana jembatan kaca, ayunan raksasa. Pada lima hari pertama setelah pembukaan, ujar Fika, sudah menyerap 7.455 pengunjung. Mereka yang berkunjung selain dari Gowa, Makassar, ada pula dari Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara, dan Papua Barat.
Berada di SSV, serasa kita sedang melancong ke sebuah kota mini. Kita akan membayangkan, SSV ini bagaikan berada di atas bukit dengan sejumlah bangunan yang ada di Tiongkok yang kerap kita lihat melalui media sosial.
Di atas SSV yang terletak di Bulu Tallasa Kelurahan Pattapang Kelurahan Tinggimoncong kita dapat menyaksikan latar belakang awan putih dan kabut yang menyelimuti kaki hingga punggung bukit. Eka, CEO SSV menjelaskan, objek wisata ini dibuka pada pukul 09.00 hingga 21.00 dan pada akhir minggu dibuka hingga pukul 22.00 Wita.
Perjalanan ke SSV harus menggunakan kendaraan karena harus menanjak. Dari jalur jalan poros, jaraknya sekitar 1 km. Dari jalan poros ke SSV sudah tersapu jalan aspal. Hanya kontur menyisir lereng SSV. Di bawah puncak SSV, terdapat area parkir yang dapat menampung puluhan kendaraan. Tetapi di bagian bawah, juga tersedia lokasi parkir. Ketika saya berkunjung, banyak kendaraan diparkir pada poros jalan pulang (keluar) dari SSV. Jadi, jalur kendaraan yang menuju dan kembali ke SSV berbeda, sehingga memungkinkan kemacetan dapat diatasi.
Selain wahana yang bisa pengunjung saksikan, kalau misalnya sudah merasa perut keroncongan karena hawa dingin (sebaiknya Anda mengenakan jaket) di puncak SSV ada kafe yang bisa melayani kebutuhan kita. Anda boleh pesan sesuai menu yang tersedia. Hanya saja, guna menghadapi membludaknya pengunjung yang ingin menikmati hidangan di kafe ini perlu dicari kiat agar pelayanan berlangsung cepat. Saya menyaksikan, seorang pengunjung memerlukan waktu beberapa menit di depan kasir hanya untuk membolak-balik menu yang tersedia dan akan dipilih. Ini menyita waktu. Mungkin ketika berhadapan dengan kasir, pengunjung sudah langsung menyebut dan menyodorkan menu yang dipesannya, sehingga pelayanan bisa diberikan secara cepat.
Ketika bersama istri masuk ke kafe ini, saya hanya memesan kopi dan kue. Sebenarnya ini hanya ingin merasakan sensasi minum kopi di ketinggian 1.600m di atas permukaan laut. Ternyata, luar biasa. He.he..! (*).