Mahasiswa Arkeologi UI Ajarkan Kepurbakalaan pada 3 Sekolah Dasar di Maros

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

Laporan: Regine Balinda (Mahasiswa Arkeologi UI)

DIREKTORAT Kemahasiswaan Universitas Indonesia (UI) melaksanakan program Hibah Dana Kepedulian Masyarakat (Kepmas), di 3 sekolah Dasar, lokasi Desa Salenrang di Kabupaten Maros.

Tim Arkeologi UI terdiri dari 5 mahasiswa yaitu Najla Khaulah Safinatunnajah sebagai ketua tim (mahasiswa aktif baik dari jenjang S1 hingga S2), Khaesyar Nishfan, Regine Balinda, Aisyah Faza dan Aqila Nuriya. (semua dinyatakan lulus seleksi mendapat dana hibah maksimal hingga 25 juta rupiah).

Pelaksanaan program ini sudah dimulai sejak bulan April, dari riset, penyusunan materi dan booklet hingga puncaknya turun ke lapangan pada 27 Juli hingga 1 Agustus 2024. Ke 5 mahasiswa tersebut didampingi oleh Dosen Pendamping Lapangan (DPL) dari Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya, Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana.

Najla Khaulah Safinatunnajah mengatakan tujuan program kerja ini untuk mendekatkan arkeologi sekaligus menanamkan kesadaran untuk menjaga lingkungan karst kepada para siswa agar mereka dapat melestarikan identitas mereka.

“Menambah pengetahuan mereka untuk menjadi guide bagi turis nanti,” jelas Najla, ketua tim sekaligus pengajar materi arkeologi.

Tahun 2024 ini tim arkeologi UI menambah sekolah untuk implementasi program Arkeologi Masuk Sekolah ke 3 sekolah berbeda di jenjang SD. Program lapangan dibagi menjadi dua kegiatan, pertama kegiatan mengajar arkeologi dengan metode partisipatif di kelas 6 masing-masing sekolah dan kunjungan situs di Leang Pasaung, Kampung Berua.

Jarak Desa Salenrang dari penemuan lukisan gua tertua di dunia, Leang Karampuang, hanya 15 km. Alasan Kepmas Arkeologi masuk sekolah ini diadakan di Salenrang untuk mengenalkan kepada siswa tentang situs arkeologi prasejarah berupa lukisan gua prasejarah dan lingkungannya.

Desa Salenrang yang dikelilingi perbukitan karst. Dimana didalamnya terdapat gua-gua prasejarah berada menyimpan banyak peninggalan masa lalu yang menjadi identitas Sulawesi Selatan. Misalnya lukisan telapak tangan, alat serpih, dan lain-lain. Namun sayangnya, banyak vandalisme pada lukisan-lukisan dalam gua tersebut dan minim edukasi tentang pengenalan situs dan lingkungannya kepada para siswa. Hal ini mendorong Kepmas Tim Arkeologi UI memastikan keberlanjutan program Arkeologi Masuk Sekolah di Desa Salenrang.

Baca juga :  Kapolda Sulsel Tinjau Pembangunan Mapolres Toraja Utara di Panga' 

Sebelum diajar, para siswa diberikan soal tes pilihan ganda dan isian untuk mengetahui terlebih dahulu bagaimana kemampuan para siswa tersebut.
Setelah KBM diadakan, soal tes akan dikerjakan ulang untuk melihat sejauh mana peningkatan para siswa dalam bahasa Inggris sebelum dan sesudah KBM diadakan.
Salah satu siswa kelas 6 di SD 221 Rammang-Rammang, Jibril, menyebutkan bahwa dirinya punya minat dan ketertarikan dengan arkeologi, karena ternyata di belakang rumahnya terdapat gua prasejarah lengkap dengan lukisannya.

Jawaban ditulis Jibril pada tes pertama kali dan tes kedua berbeda dan nilainya meningkat, karena telah mendapat wawasan baru. Tidak hanya Jibril, nilai para siswa lain juga meningkat pesat pada tes kedua.

“Setelah kami membandingkan nilai pada tes pertama dan kedua, rata-rata nilai para siswa meningkat pesat. Itu menandakan pembelajaran yang dilakukan cukup efektif, ditambah lagi melalui booklet yang kami berikan,” lanjut Najla.

Seiring dengan proses mengajar arkeologi, juga dilakukan kunjungan situs bagi para siswa. Lagi-lagi para siswa sempat ditanya terkait pengetahuan mengenai situs arkeologi yang ada di sekitar mereka. Namun jawaban mereka relatif sama mereka kira lukisan yang ada pada dinding gua di Leang-leang hanya coretan biasa. Masalah ini mendorong ketua tim mahasiswa, Najla, untuk mengenalkan secara langsung situs arkeologi di Leang Pasaung.

Peserta Kunjungan situs 3 perwakilan siswa dan 1 guru pendamping dari masing-masing sekolah. Selama mengunjungi gua siswa diberikan aktivitas untuk mengeksplorasi gua dan mengidentifikasi sampah kerang (kjokkenmoddinger) yang ditemukan di gua. Sebelum pulang anak-anak juga diminta untuk menulis cerita dan menggambar temuan arkeologi mereka selama kunjungan situs di media tulis yang sudah disediakan. Harapannya agar siswa semakin termotivasi untuk mempelajari lingkungannya serta membangun kesadaran tentang situs arkeologi.

Baca juga :  Sambut HUT ke-103 Pemadam Kebakaran Indonesia, Kemendagri Dorong Percepatan Pembangunan SDM

Kunjungan situs ini diserahkan pemberian sertifikat dan afeksi berupa buku kepada guru dan siswa dari masing-masing sekolah yang dilanjutkan foto bersama.

“Diharapkan program Arkeologi yang telah dilakukan akan berkelanjutan secara ekspansif dan bermanfaat untuk jangka panjang,” harap salah satu guru. (*rk)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Kasdam XIV/Hasanuddin Resmi Buka Latihan Pencak Silat Militer, 260 Prajurit Ditempa Jadi Kader Tangguh

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Suasana di Markas Yonif 700/Wira Yudha Cakti pagi itu terasa berbeda. Tepat pada Senin (16/06/2025),...

7 Tahun Menjabat, Ir. Muhammad Ashar Mendadak Mundur Tanpa Alasan Jelas, Ada Apa di Dinas Pertanian Wajo?

PEDOMANRAKYAT, WAJO - Kejutan datang dari lingkup Pemerintahan Kabupaten Wajo, Ir. Muhammad Ashar tiba-tiba mengundurkan diri dari jabatannya...

Irwan Hamid Apresiasi Langkah BBWS PJ Normalisasikan Kantong Lumpur Bendungan Benteng

PEDOMANRAKYAT, PINRANG — Langkah nyata dan tanggap yang dilakukan jajaran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang dalam...

Dispusip Bedah Buku “Sinjai Ditengah Pergolakan Kerajaan dan Penjajahan”

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Sinjai kembali menyelenggarakan kegiatan bedah buku, di Aula Serbaguna...