Tim lalu melakukan pembersihan mekanis menggunakan kuas, sikat gigi. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan akumulasi debu yang melekat pada permukaan benda. Selanjutnya, disterilisasi dengan cara mengoleskan larutan alkohol 70%. Sterilisasi ini berperan untuk membersihkan bakteri dan pertumbuhan jamur yang menempel pada permukaan mumi. Tahapan berikutnya, dengan mengoleskan larutan konsolidasi yaitu larutan Paraloid B-72 1%.
Aplikasi bahan dengan cara dioleskan menggunakan kuas pada bagian permukaan mumi yang lapuk maupun diinjeksi menggunakan spoit. Butiran Silica gell di lemari vitrin yang sudah tidak aktif lagi digantikan dengan silica gell yang telah terbarukan. Setelah tahapan pelaksanaan konservasi dilaksanakan, benda koleksi didokumentasi kembali sehingga diperoleh data foto benda koleksi sebelum dan sesudah di konservasi.
Mumi yang dipamerkan di Pameran Unhas ini memiliki posisi menekuk atau jongkok. Menurut keterangan terlampir, ada beberapa pemahaman mengenai kondisi mumi seperti ini. Di antaranya adalah karena wadah kubur, seperti guci atau tempayan, yang menyebabkan mayat dalam kondisi jongkok, atau ada kaitannya dengan persepsi masyarakat bahwa posisi mayat harus disamakan seperti janin di dalam rahim ibu.
Yang menarik, gigi mumi tampak masih utuh dan putih. Begitu pun di kepalanya masih ada rambut meskipun sudah berwarna cokelat. Jika diukur-ukur, mumi ini memiliki panjang sekitar lebih dari satu meter jika diletakkan dalam posisi lurus. Namun posisinya menekuk.
Menurut Lukman, salah satu petugas konservasi yang berada di lokasi mumi ini diperkirakan berusia ratusan tahun.
“Mumi ini disimpan di Benteng Rotterdam Sulawesi Selatan. Jadi yang mengurus memang Balai Pengelolaan Cagar Budaya di Sulawesi Selatan itu. ” kata Lukman, ketika menghadiri Pameran Kebudayaan Nasional Jakarta (7/10/2019).
Mumi yang dipamerkan di Unhas ini disebut Mumi Mamasa. Mumi ini ditemukan di Kabupaten Polmas ketika terjadi banjir bandang tahun 1995. Agar Mumi awet di dalam kotaknya diberikan formal dehida, silikagel dan akar wangi untuk mencegah jamur dan bakteri.” begitu bunyi keterangan tertulisnya.
Jika ada pembaca berminat menyaksikan mumi ini boleh tengok di Balai Pelestarian Kebudayaan di Ford Rotterdam, Makassar pada setiap hari kerja, kecuali mumi tersebut sedang ‘mengikuti pameran’. (MDA).