Digitalisasi naskah Bugis kuno bertujuan menjaga kelangsungan warisan budaya Bugis sebagai daya tarik wisata dan meningkatkan pengakuan nasional serta internasional.
Pelestarian budaya Bugis melalui naskah Bugis merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan seniman yang harus bekerja sama.
Strategi yang tepat, sastra daerah diharapkan dapat menjadi bagian dari perdebatan budaya global, memberikan kontribusi pada pelestarian budaya serta meningkatkan pemahaman warisan sastra di tingkat internasional.
Tantangan digitalisasi naskah kuno Bugis meliputi kerusakan fisik pada banyak naskah yang menyulitkan proses digitalisasi. Dibutuhkan tenaga ahli dalam konservasi, digitalisasi, dan linguistik, serta biaya yang besar untuk peralatan. Kolaborasi antara perpustakaan, arsip, museum, dan universitas diperlukan berbagi sumber daya.
Penggunaan teknologi seperti Pengenalan Karakter Optik (OCR) dapat meningkatkan akurasi pemindaian. Selain itu, pelatihan tenaga ahli dan pencarian sumber pendanaan berkelanjutan penting untuk mendukung digitalisasi.
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap naskah Bugis, seperti Lontara, menjadi tantangan dalam pelestarian warisan budaya. Beberapa strategi mengatasinya meliputi: pendidikan dan pelatihan: pemanfaatan media sosial dan teknologi digital, kerjasama dengan masyarakat dan lembaga kebudayaan, pemberdayaan masyarakat lokal.
Selain Prof Andis pemakalah lainnya adalah; Prof Emeritus Dr Muhammad Haji Salleh; Dr. Firmansyah, M.Pd; Dr. Aditia Gunawan Noor Amin Ahmad.
Dr. Muhammad Holil, SS, M.Hum, Datuk Prof Madya Dr Awang Azman Pawi, Prof Dr Andi Ima Kesuma, I.C, M.Pd, Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, MS, Dr. Undang Ahmad Darsa, M.Hum. (ym)