Pertahanan Rusia dikejutkan oleh serangan kilat yang dilancarkan seorang diri oleh Ramang di awal laga. Melewati beberapa ‘defender’ lawan, Ramang melepaskan tembakan yang secara ajaib mampu diselamatkan oleh Lev Jashin. Indonesia lalu dikurung habis-habisan oleh Uni Soviet yang memang lebih superior dalam hal teknis.
Strategi ultra defensif yang diterapkan Pogacnik mampu meredam semua serangan yang dilancarkan oleh tim Eropa Timur itu. Ramang dengan kelincahannya bahkan nyaris membuat Uni Soviet gigit jari. Pada menit ke-84, melalui skema serangan balik cepat, Ramang berhasil melepaskan tembakan yang kembali bisa diselamatkan dengan ajaib oleh Yashin. Pertandingan itu berakhir tanpa gol.
‘’Sebenarnya saya bisa mencetak gol waktu itu andaikan seragam saya tak ditarik dari belakang oleh pemain lawan,’’ Ramang mengaku dalam suatu kesempatan.
Pada pertemuan kedua, Indonesia dihajar empat gol tanpa balas oleh Soviet. Namun kemenangan itu tak diraih dengan mudah. Soviet yang sudah tahu kelihaian Ramang sampai harus menempatkan salah satu pemain terbaiknya, Igor Netto, untuk mengawal Ramang secara khusus.
Penampilan Indonesia kala menahan imbang Soviet disebut FIFA sebagai salah satu penampilan paling heroik dalam sejarah sepak bola Olimpiade. ‘Hutang’ Indonesia kepada Ramang tak hanya berhenti sampai di situ.
Indonesia yang meretas jalan menuju Piala Dunia 1958 Swedia berhasil mengalahkan China di putaran pertama. Ramang mencetak dua gol dalam dua pertandingan, dan Indonesia lolos ke babak selanjutnya dengan agregat 4-3. Indonesia kemudian melaju ke putaran kedua kualifikasi dan tergabung dengan Sudan, Israel dan Mesir. Karena alasan politik, Indonesia tak mau bermain di markas Israel dan mengundurkan diri dari kualifikasi. Andaikata bisa menjadi juara grup, Indonesia akan lolos ke Piala Dunia untuk kali kedua.
Ramang memperoleh banyak skill dan trik sepak bola dari permainan khas Indonesia, Sepak Takraw. Ia lahir dari keluarga pecinta sepak takraw dan semasa kecil sudah pandai melakukan juggling menggunakan jeruk. Mungkin karena itu pula, penampilan Ramang sangat atraktif. Ia mahir mencetak gol lewat ‘bicycle kick’ (tendangan salto) serta sering mencoba membuat gol langsung dari tendangan pojok dari sisi kanan.
Tendangan salto pertama diperkenalkan oleh gelandang Basque yang bermain untuk tim nasional Chili pada tahun 1910 dan 1920-an. Pemain Brazil Leonida da Silva dan Pele, termasuk yang kerap memeragakan tendangan salto dalam melepaskan bola ke gawang lawan dan gol. Meskipun tendangan salto merupakan teknik Amerika Latin, namun Klaus Fisher (Jerman) dipandang sebagai ahli dalam tendangan sepeda (tendangan salto) ini.
Jika ‘skill’ dan jasa Ramang tak mampu membuat anda terkesan, maka ingatlah bahwa ia hidup pada era saat sepak bola bukanlah sebuah pilihan hidup yang menjanjikan. Demi sepak bola, Ramang harus bekerja serabutan dengan gaji yang hanya cukup untuk menyambung hidup keluarganya. Semua demi cintanya kepada sepakbola. (*)
Nama : Ramang
Tempat/tgl lahir : Pandang-Pandang, Gowa, 24 April 1928
Pendidikan : SR Sumpang BinangaE, Barru
Meninggal di : Makassar, 26 September 1987
Dikebumikan di : TPU Panaikkang
Istri : St.Sarinah
Ayah : Nyo’lo
Anak : 4 orang masih hidup
Anak laki-laki : Rauf, Anwar (alm), dan Arsyad
Mulai main bola : Pada usia 12 tahun
Klub pertama : Bond Barru
Masuk Persis : Pada usia 18 tahun
Karier pemain :
PSM 1947-1968
PSSI 1949-1956
PSM juara (1957,1959, 1965, 1966)
Sebagai pelatih :
PSM (1968)
Persatuan Sepakbola Bau-Bau (1970)
PS ‘Blitar Putra’ (1971-1973)
PSM Yunior (1974-1975)
Palu Putra (1974-1978)
Trio PSM : Suwardi, Ramang, Noorsalam
Trio PSSI : Djamiat, Ramang, Tee San Liong
Penghargaan : Medali emas pencetak gol timnas, dan
Sertifikat Pelatih dari Menmud Olahraga
Julukan : Si Kaki Emas, Macan Bola, Mesin Gol
Kehebatan : Tendangan pisang, tendangan salto, tendangan pojok langsung gol, tendangan gledek tanpa ancang-ancang, kecepatan lari, tak pernah cedera, mengeksekusi penalti membelakangi bola, dan kesadaran berlatih sendiri yang tinggi. (Diolah dari berbagai sumber)