Bagi peserta didik yang muslim jelas Supriyadi, dilakukan Sholat Duha berjamaah di halaman sekolah mulai pukul 07,20 setiap hari Selasa ,Rabu dan Kamis. Dilanjutkan zikir dan kultum bahasa Inggeris .
Dari kegiatan ini keimanan peserta didik meningkat bagaimana toleransi menghormati perbedaan ,menghormati inklusi dan tidak terjadi intoleransi.
Dampak Sholat duha peserta didik rajin sholat dan tidak lagi melakukan pelanggaran norma norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di lingkungan masyarakat serta dalam berbangsa dan bernegara .
Saat bulan Ramadhan anak anak biasa ceramah agama di Masjid karena sudah terbiasa di sekolah.
Sementara peserta didik yang beragama Kristen mengikuti kegiatan kerohanian ibadah pagi,juga setiap Selasa ,Rabu dan Kamis .,Dilakukan pendalaman Al Kitab , puji pujian dan perenungan,menyebarkan kasih termasuk kepada teman yang berbeda dengan agama mereka .
“Sekolah merangkul semua peserta didik tanpa ada sekat perbedaan baik dalam kegiatan intra maupun ekstrakulir misalnya dalam kegiatan pramuka , olahraga dan seni,” tandas Supriyadi .(ard)
Dari dulu di SMP Negeri 1 Takalala sudah mengajarkan kebhinekaan dengan keberagaman toleransi beragama bpk guru agama Islam P Awaluddin dan BPK Paulus mengajarkan agama kristen warga belajar yang dari Tokebbeng
Selamat atas keberhasilan SMPN 1 Watansoppeng, dalam meraih contoh tingkat Nasional Kebhinekaan, ini tidak terlepas dari kerja keras dan kekompakan seluruh stakeholder, sukses selalu.
Alumni SMPN i Watansoppeng tahun 1974.