“Suhartina adalah seorang pemimpin. Seharusnya ia menjadi simbol perjuangan melawan narkotika, bukan malah memberikan contoh buruk seperti ini,” tegas pria berkacamata itu, disalah satu warkop di bilangan Opu Daeng Risadju (ex jalan Cendrawasih, red), Minggu, 08 Desember 2024 sekira pukul 17.00 Wita
Farid melanjutkan, peristiwa ini adalah cerminan kegagalan dalam membangun sistem pengawasan yang efektif, khususnya terhadap pejabat tinggi daerah.
Ia juga mendesak agar pemerintah bersikap transparan dan mengambil langkah tegas dalam menangani kasus ini, termasuk memberikan sanksi yang sesuai bila terbukti ada pelanggaran hukum.
“Jika tidak ada tindakan tegas, bagaimana masyarakat bisa percaya pada pemerintah ?. Kasus ini harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak, terutama pejabat yang masih terlibat narkotika,” tambahnya.
Pengakuan Suhartina Bohari kini menjadi isu yang tidak hanya merusak citra pemerintahan Kabupaten Maros, tetapi juga memunculkan pertanyaan besar tentang komitmen dalam memberantas narkotika di tingkat lokal. Masyarakat berharap kasus ini menjadi momen refleksi dan perbaikan, bukan sekadar skandal yang hilang tanpa jejak.
Hingga saat ini, Suhartina belum memberikan tanggapan resmi terkait pernyataan Kepala BNN Sulsel tersebut. Namun, masyarakat dan aktivis terus menantikan langkah nyata dari pemerintah Kabupaten Maros dalam menanggapi isu yang mencoreng integritas pemerintahan ini.(Hdr)