Pohon Bodhi Hadir di TBTI, Sebagai Simbol Persatuan dan Pecerahan

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMAN RAKYAT - JAKARTA. Bagi umat Buddha, pohon Bodhi dipandang suci karena menjadi tempat meditasi Siddhartha Gautama. Selain tergambar dalam relief, lima pohon ini juga tertanam dikawasan Candi Borobudur.

Pohon Bodhi disebut para ahli botani ( tanaman ) sebagai Focus Relegiosa ( pohon fit yang suci ) karena digunakan sebagai tempat Buddha bernaung. Pohon ini termasuk spesies pohon fig ( beringin ) dalam keluarga Moraceae. Daun pohon ini berbentuk hati.

Taman Budaya Tionghoa Indonesia (TBTI) di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi saksi sebuah momen bersejarah yang menggambarkan semangat persahabatan. Momen tersebut berupa aksi menanam pohon Bodhi yang dilakukan oleh Pimpinan delegasi dari berbagai negara anggota ASEAN China Clans Association (ACCA) bersama pengurus Paguyuban Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) di TBTI pada Selasa pagi (10/12/2024).

Aksi menanam pohon ini, merupakan bagian dari kegiatan  “The 11th ASEAN + China Chinese Clans Friendship Conference” dan “The 3rd International Youth Forum”  yang diselenggarakan selama empat hari mulai dari tanggal 8 hingga 11 Desember 2024. Hajat besar ACCA tersebut   dipusatkan di dua hotel di Jakarta yakni JS Luwansa Hotel dan Westin Hotel

Kegiatan ini turut  dihadiri Tokoh Pendiri PSMTI Brigjen TNI (Purn)Tedy Jusuf, Ketua Umum PSMTI Wilanto Tanta, Sekjen ACCA Thailand, Mr. Huang Han Liang, Direktur Operasi TMII Arie Prasetyo dan Ketua Panitia Pelaksana “The 11th ASEAN + China Chinese Clans Friendship Conference” dan “The 3rd International Youth Forum” Martinus Johnnie Sugiarto.

Penanaman pohon Bodhi ini merupakan salah satu program penting yang dilaksanakan oleh PSMTI dan menjadi bagian dari kontribusinya terhadap pelestarian alam dan lingkungan yang dicanangkan Pemerintah.

Pohon Bodhi sangat terkenal dalam sejarah dan tradisi Buddhisme karena memiliki keterkaitan langsung dengan pencapaian pencerahan oleh Siddhartha Gautama. Dalam kisah tersebut, setelah bermeditasi di bawah pohon Bodhi, Siddhartha Gautama memperoleh pencerahan yang mengungkapkan kebenaran tentang kehidupan dan penderitaan, yang akhirnya membawanya menjadi Buddha, atau “Yang Terbangun.” Oleh karena itu, pohon Bodhi dikenal sebagai pohon pencerahan

Baca juga :  Bupati Tapteng Tagih Janji Gubernur Sumut Terkait Pembangunan Tanggul Sungai Aek Sirahar di Barus

Pohon Bodhi dapat tumbuh bisa mencapai ketinggian antara 15 hingga 30 meter, tergantung pada kondisi tanahnya. Dengan batangnya yang kokoh, dan kulit berwarna abu-abu kecoklatan, mampu menopang cabang-cabang yang menyebar luas, menciptakan keteduhan yang sangat nyaman.

Setelah penanaman pohon bodhi, dilakukan penandatanganan prasasti ACCA oleh Ketua Umum PSMTI dan Sekjen ACCA Thailand. Dan prasasti tersebut nantinya akan dipasang di TBTI.

Direktur dan Ketua Yayasan TBTI, Soehendro Gautama, mengatakan pohon Bodhi yang ditanam memiliki makna yang dalam, terutama terkait dengan akar budaya. “Pohon ini identik dengan akar, karena dapat memperkuat " akar budaya " kita sebagai bagian dari masyarakat Tionghoa yang memperkaya budaya Indonesia dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.

Soehendro berharap  kegiatan penanaman pohon Bodhi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih mencintai dan menjaga semua aspek kehidupan, baik itu budaya, lingkungan, maupun hubungan antarbangsa.

“ Pohon Bodhi yang ada di hadapan kita ini, yang menjadi simbol pencerahan, kami berharap kegiatan ini dapat menginspirasi kita untuk menjaga keberagaman dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya lagi.

Pada kesempatan ini, Soehendro menekankan pentingnya peran PSMTI sebagai representasi suku Tionghoa Indonesia yang memiliki amanah untuk membangun dan menjaga Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Ia menyatakan bahwa keberadaan TBTI sebagai bagian dari keberagaman suku-suku di Indonesia mencerminkan semangat persatuan dan kebersamaan.

TBTI berada di lahan seluas 50.000 meter persegi, menjadi tempat pelestarian budaya, termasuk di dalamnya museum, anjungan, patung tokoh, serta ornamen penting lainnya. Semua itu menjadi bukti konkret sejarah perjalanan dan keberadaan suku Tionghoa yang telah berakar ratusan tahun lamanya, beriringan dengan suku-suku lain di Indonesia.

Baca juga :  Kemenag Terbitkan KMA Kuota Haji 1443 H, Ini Sebaran Tiap Provinsi dan Ketentuannya

“TBTI bukan hanya untuk warga Tionghoa, tetapi juga terbuka untuk umum, bagi seluruh warga negara Indonesia sebagai tempat belajar, memahami, dan merayakan keberagaman budaya yang ada,” tambah Soehendro.

Saat itu telah disusun rencana pembangunan gedung utama berlantai empat dengan luas 8000 meter persegi. Diharapkan pembangunan tersebut pusat aktivitas budaya dan edukasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap penguatan identitas nasional. ( ab/r )

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Universitas Indonesia Timur Gandeng PT. Muncul Suryaprima Perkuat Kolaborasi Inovasi dan Dunia Industri

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Universitas Indonesia Timur (UIT) Makassar terus menunjukkan komitmennya dalam menjalin sinergi strategis antara dunia pendidikan...

Bareskrim Polri Gerak Cepat Tindak Kasus Beras Oplosan atas Atensi Prabowo

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipideksus) Bareskrim Polri bergerak cepat menindak kasus beras oplosan yang...

Prabowo Subianto Meriahkan Penutupan Kongres PSI, dari Yel-yel Dukungan Dua Periode Hingga Sambutan Hangat

PEDOMANRAKYAT, SOLO - Minggu (20/7/2025) malam menjadi momen puncak bagi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), ketika Presiden Prabowo Subianto...

Pemerintah Lepas 360 Ribu Ton Bansos Beras, Mentan : SPHP Harus Hati-Hati dan Tepat Sasaran

PEDOMANRAKYAT, JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengumumkan bahwa pemerintah telah resmi menyalurkan 360 ribu ton bantuan...