Akibatnya, lulusan S2 yang ingin bekerja di luar dunia akademik sering kali kesulitan mendapatkan peluang yang sesuai dengan kualifikasi mereka.
Namun, situasi ini perlahan mulai berubah. Banyak universitas kini menawarkan program magister berbasis profesional yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Di samping itu, perusahaan di Indonesia juga mulai menyadari nilai tambah yang dapat diberikan oleh lulusan S2, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi dan transformasi digital.
Untuk menghapus stigma bahwa lulusan S2 hanya cocok menjadi dosen, diperlukan langkah konkret dari berbagai pihak. Universitas perlu merancang program magister yang lebih aplikatif, dengan menekankan kolaborasi lintas sektor.
Misalnya, magang di industri atau proyek berbasis praktik dapat menjadi bagian dari kurikulum S2. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan keterampilan praktis lulusan, tetapi juga memperluas jaringan mereka di dunia kerja.
Di sisi lain, pemerintah dan dunia industri juga perlu berkontribusi dengan membuka lebih banyak peluang kerja yang sesuai untuk lulusan S2. Kampanye yang mempromosikan keunggulan lulusan magister di berbagai sektor dapat membantu mengubah persepsi masyarakat dan memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk mengejar pendidikan tinggi tanpa takut terjebak dalam stigma sempit.
Stigma bahwa lulusan S2 hanya berfokus menjadi dosen adalah persepsi yang perlu diluruskan. Pendidikan magister memiliki potensi besar untuk mencetak tenaga profesional yang unggul di berbagai bidang. Dengan mengubah paradigma ini, kita tidak hanya membuka peluang lebih luas bagi lulusan S2, tetapi juga memperkuat daya saing bangsa di kancah global. Sudah saatnya kita memandang gelar S2 sebagai pintu menuju berbagai kemungkinan, bukan sekadar satu jalan tunggal menuju dunia akademik.
BIODATA PENULIS
Nama: Muhamad Ilham Hanif
Status: Pelajar/Mahasiswa
Instansi: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
No hp: 089xxxxx24
Email:ilhamhanif001@gmail.com