Mulawarman juga mendesak Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa, untuk kali ini bersikap dan menunjukkan kewenangannya sebagai pimpinan di Unhas atas seringnya kasus pelecehan seksual terjadi di Unhas, ke masyarakat Sulsel. Karena, tutur Mulawarman, mengingat 2 kasus terakhir, di FISIP dan FIB Unhas, pelecehan seksual itu, terjadi hanya dalam rentang waktu kurang dari 4 bulan, dengan jumlah korban lebih dari 10 mahasiswi dengan 2 pelaku saja di 2 fakultas, FISIP dan FIB Unhas.
Sangat jelas, 2 kasus terakhir ini menunjukkan bukti, jika penanganan kasus pelecehan seksual yang terjadi selama ini di Unhas, tidak memberikan efek jera, sebab ketiadaan sikap yang jelas dan tegas dari pimpinan di Unhas.
Menurut Mulawarman, Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa sangat penting untuk menyatakan dan menunjukkan sikap tegasnya, serta menjelaskan langkah-langkahnya menghentikan kasus-kasus pelecehan seksual di Unhas, untuk memberikan rasa aman kepada mayarakat, khususnya orang tua mahasiswa dan mahasiswa Unhas, bahwa pelecehan seksual tidak akan ada lagi, tidak ada lagi dosen di Unhas yang a-moral, dan jadi predator seks lagi.
Jika Prof Jompa tidak bisa bersikap sehingga tidak berani menunjukkan sikapnya dan menjelaskan langkah-langkahnya untuk mengatasi dan menghentikan kasus pelecehan seksual di Unhas yang mencoreng nama baik Unhas, karena meruntuhkan moral dan peradaban tinggi dunia pendidikan tinggi kita, Mulawarman menyarankan Prof Jompa mundur dari jabatan Rektor Unhas.
“Pemimpin itu, orang yang berani bersikap. Anda Jompa, bukan pemimpin. Sehingga tak layak jadi rektor,” tandas Mulawarman. (*)