“Indonesia dan Suriname telah menghubungi saya. Suatu waktu, saya menerima berbagai pesan Instagram dari Indonesia, salah satunya ternyata asisten pelatih tim nasional,” ujar Jayden Oosterwolde, dikutip dari media Belanda, ELF Voetbol yang ditulis “Okezone.com”..
“Melalui agen, saya sudah mengatakan saat ini saya fokus untuk membela Timnas Belanda. Indonesia dan Suriname belum masuk pertimbangan saya. Saya selalu bermimpi untuk Timnas Belanda dan saya sedang mengejarnya,” tambah Oosterwolde.
Kendati demikian, sampai saat ini Jayden belum juga dipanggil untuk memperkuat Timnas Belanda, bahkan untuk tim kelompok umur. Melihat situasi itu, memilih Timnas Indonesia bisa menjadi opsi terbaik yang dimiliki Jayden jika ingin bermain di Piala Dunia.
Media Belanda ad.nl. Sebagaimana diberitakan Republika.co.id., Kluivert juga akan menjadi magnet bagi pemain Belanda agar mau dinaturalisasi. Dalam artikelnya yang terbit Senin (6/1/2024) berjudul, ‘Welbespraakte Patrick Kluivert moet magneet zijn voor nieuwe jongens richting WK-primeur Indonesië’ ditulis bahwa Kluivert akan membantu mempertajam lini depan timnas.
“Kluivert harus membantu tim Indonesia untuk lebih banyak menyerang lagi, mencetak gol lebih banyak,” tulis media tersebut.
Kemudian, ad.nl menulis PSSI tampaknya melihat Kluivert sebagai duta besar yang menjadi magnet untuk pemain Belanda yang merumput di sana untuk mau pindah kewarganegaraan. Paling tidak ada dua pemain berkualitas yang sepertinya ‘dijanjikan’ untuk membela timnas bilamana Kluivert menjadi pelatih timnas.
“Penunjukkan Kluivert akan membantu memuluskan Jairo Riedewald (Antwerp), pemain yang tiga kali membela timnas Belanda dan Mitchel Bakker (Lille) untuk mau bermain bagi Indonesia,” demikian pernyataan ad.nl.
Dengan tambahan kedua pemain tersebut, kemudian Ole Romeney yang sekarang bergabung di klub FC Oxford, milik keluarga Bakrie, ad.nl melihat peluang Indonesia melaju ke Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat-Kanada makin besar.
Namun, ad.nl juga menyadari bahwa tugas Kluivert sangat berat. Persoalannya adalah dalam 10 tahun terakhir Kluivert tidak menunjukkan prestasi moncer menangani klub maupun timnas. Kluivert pernah menjadi asisten Ange Posteceglu di klub Brisbane Roar asal Australia. Menjadi asisten Clarence Seedorf saat menukangi timnas Kamerun. Kemudian menjadi pelatih timnas Curacao, sebelum digantikan Dick Advocaat.
Kluivert sebetulnya berpeluang moncer, menurut ad.nl saat menangani klub Turki Adana Demirspor. Setelah sebelumnya sempat icip posisi di kepala teknik kepelatihan di FC Barcelona, direktur olahraga PSG. Namun di Turki, menurut ad.nl, Kluivert malah berantakan setelah enam bulan.
“Gajinya kerap telat dibayarkan, pemilik klub nya selalu intervensi.”
Bagaikan “Sate rasa keju”
Jika kelima pemain asal Belanda plus yang akan diboyong Kluivert itu jadi direkrut oleh pelatih baru tim Garuda Patrick Kluivert, tentu saja tim Merah Putih itu semakin berjaya, Hanya saja, pemain-pemain domestik akan kian tenggelam jika tidak mampu menampilkan performa terbaiknya.
Meskipun dalam kenyataannya, reputasi pemain asli Indonesia tidak kalah dengan pemain naturalisasi. Katakanlah seperti Marselino Ferdinan dan Risky Ridho yang selalu tampil dalam setiap laga dengan fisik yang tetap prima selama digembleng STY.
Melihat derasnya arus naturalisasi pemain ini, saya mengkhawatirkan PSSI tidak lagi fokus melakukan pembinaan usia dini untuk memperoleh bakat-bakat pemain lokal yang potensial. Sangat dikhawatirkan, para pemain lokal tidak akan menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Klub-klub liga I Indonesia saat ini pun bermandikan pemain-pemain asing yang kualitasnya tidak kalah dengan pemain awak sendiri. Bahkan di liga 2 pun bertebaran pemain asing.
Kalau saja para pemain boyongan pelatih baru tersebut benar-benar bergabung dengan tim Garuda, maka para penonton Indonesia hanya bisa mengenali pemain timnya sendiri dari kostum dan simbol Garuda yang dikenakannya. Habis wajah-wajah mereka lebih banyak asing dan mirip bule, meskipun ada wajah Belanda-Indonesia. Kalau saja tim ini diibaratkan makanan yang disantap, maka kita seakan menikmati “sate rasa keju”. Ha..ha…
Kita tunggu gebrakan pertama pelatih asal Belanda ini 20 Maret 2025 melawan Australia di Sydney Australia dan 25 Maret menjamu Bahrain di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Mudah-mudahan STY menahan diri tidak mengatakan “mat-in” (bahasa Korea, mat :rasa). (*).