PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Kehangatan dan semangat kebersamaan menyelimuti Aula Arafah, Asrama Haji Sudiang, Makassar, pada Jumat malam, 10 Januari 2025.
Menteri Agama Republik Indonesia, AG. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., menghadiri rangkaian acara penting yang diselenggarakan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini menjadi momen strategis untuk mempererat sinergi antara pemerintah, aparatur sipil negara (ASN), dan tokoh agama di daerah tersebut.
Acara yang digelar dalam rangka memperingati Hari Amal Bhakti (HAB) ke-79 ini meliputi Temu Tokoh Agama, Pembinaan ASN, ramah tamah, serta pembukaan Rapat Kerja (Raker) Kanwil Kemenag Tahun 2025.
Dimulai sekitar pukul 19.00 WITA, kegiatan tersebut menghadirkan nuansa diskusi dan refleksi tentang upaya memperkuat kerukunan antar umat beragama di Sulawesi Selatan.
Dalam sambutannya, Menteri Agama menyampaikan pentingnya kolaborasi antara tokoh agama dan pemerintah untuk menjaga keharmonisan di tengah keberagaman masyarakat.
“Tidak ada artinya prestasi apa pun jika kita tidak rukun. Maka, kerukunan antar umat beragama sangat vital untuk kita rawat dan perhatikan,” ujar Prof. Nasaruddin.
Kerukunan sebagai Nilai Jual Bangsa
Prof. Nasaruddin juga menyoroti posisi Indonesia yang semakin diakui di mata dunia internasional. “Indonesia semakin dihormati secara global, tetapi nilai jual kita yang paling penting adalah kerukunan. Ini yang harus terus kita pertahankan,” tambahnya.
Ia menekankan, kerukunan tidak hanya menjadi kunci bagi stabilitas nasional, tetapi juga fondasi bagi kemajuan bangsa.
Dalam sesi wawancara dengan awak media, Menteri Agama turut mendukung visi dan misi Presiden Prabowo Subianto yang dinilainya konkret dan berpandangan jauh ke depan.
“Visi misi Presiden Prabowo sangat konkret dalam memperjuangkan seluruh masyarakat Indonesia. Ini harus didukung dengan persatuan umat beragama,” tegasnya.
Pencanangan Kurikulum Cinta
Salah satu poin menarik dalam kegiatan tersebut adalah gagasan Menteri Agama tentang "kurikulum cinta". Kurikulum ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, saling menghargai, dan cinta kasih di antara peserta didik.
“Jika kurikulum hanya mengajarkan fanatisme terhadap agama masing-masing hingga agama lain dianggap sebagai lawan, maka itu keliru. Kita harus meramu perbedaan menjadi sesuatu yang indah,” jelasnya.
Menteri Agama juga mengingatkan para guru agama untuk tidak mencela agama lain dalam pengajaran mereka. “Tugas kita adalah menciptakan persamaan, bukan perbedaan, apalagi konflik. Anak-anak harus dibimbing untuk memahami bahwa perbedaan itu adalah kekuatan, bukan kelemahan,” tandasnya.
Sinergi untuk Masa Depan
Acara ini menjadi momen istimewa bagi Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan. Selain mempererat hubungan antar tokoh agama, kegiatan ini juga menjadi ajang penyusunan langkah strategis untuk program kerja tahun 2025. Diharapkan, sinergi yang terbangun dapat menciptakan kehidupan beragama yang harmonis dan mendukung pembangunan nasional.
Rangkaian acara yang berlangsung penuh kehangatan ini menjadi bukti nyata, harmoni dan kerja sama lintas agama serta lintas sektor merupakan kunci utama untuk menjaga stabilitas dan kemajuan di tengah keberagaman Indonesia.(Hdr)