PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Tragedi memilukan mengguncang Sulawesi Selatan saat Rudi S. Gani, seorang pengacara muda berbakat, tewas ditembak oleh orang tak dikenal (OTK) di Dusun Limpoe, Desa Patukku Limpoe, Kabupaten Bone, pada malam Tahun Baru 2025.
Insiden ini tidak hanya menggemparkan masyarakat setempat, tetapi juga memicu kemarahan luas atas lambannya penegakan hukum.
Rudi ditembak saat tengah merayakan malam pergantian tahun bersama keluarganya. Suara tembakan bercampur dengan dentuman petasan, mengubah malam sukacita menjadi duka mendalam. Ia tewas di tempat, meninggalkan luka besar bagi keluarganya dan komunitas hukum di Sulawesi Selatan.
Dugaan Ancaman Sebelum Penembakan
Tragedi ini tidak terjadi tanpa tanda-tanda sebelumnya. Rudi dilaporkan sempat menerima ancaman terkait kasus penyerobotan lahan yang sedang ia tangani.
Kasus ini diduga melibatkan pihak-pihak berkepentingan besar, sehingga muncul spekulasi penembakan tersebut adalah bentuk teror untuk membungkam perjuangan Rudi dalam menegakkan keadilan.
Hasil Investigasi dan Kritik terhadap Aparat
Hasil forensik menunjukkan Rudi tewas akibat tembakan airsoftgun senapan angin. Meski menjadi petunjuk penting, hingga kini aparat belum berhasil menangkap pelaku. Penyelidikan yang berjalan lambat menuai kritik tajam dari berbagai pihak.
Pengacara senior, Farid Mamma, SH., M.H., secara terbuka menantang aparat untuk menyelesaikan kasus ini dalam waktu dua pekan.
"Ini bukan sekadar pembunuhan, ini serangan terhadap keadilan. Jika aparat tidak mampu mengungkap pelaku, kredibilitas mereka patut dipertanyakan," tegasnya di sebuah Warkop di bilangan bundaran pasar Pa' Bareng-Bareng, Minggu, 12 Januari 2024 sekira pukul 16.00 WITA.
Farid juga mempertanyakan strategi investigasi yang dianggap tidak efektif, meski kepolisian memiliki akses ke teknologi dan sumber daya manusia yang memadai.
Tuntutan Keluarga dan Solidaritas Rekan Advokat
Keluarga korban, didukung oleh rekan advokat dan masyarakat, terus mendesak keadilan ditegakkan. “Kami hanya ingin pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya. Rudi adalah pembela kebenaran, ia tidak layak diperlakukan seperti ini,” ujar salah satu anggota keluarga dengan suara bergetar.
Kasus ini memicu solidaritas dari organisasi masyarakat sipil dan komunitas advokat yang menyerukan perlindungan lebih baik bagi para pengacara yang sering menghadapi ancaman dalam menjalankan tugas profesional mereka.
Ujian bagi Penegakan Hukum
Kematian Rudi S. Gani menjadi ujian besar bagi aparat penegak hukum. Hingga kini, keadilan yang diharapkan masih terasa jauh. Tragedi ini seharusnya menjadi pengingat, membela kebenaran tidak seharusnya dibayar dengan nyawa.
"Semua pihak kini menunggu, apakah keadilan akan ditegakkan, atau tragedi ini hanya akan menjadi satu lagi kasus yang tak terselesaikan. Keadilan harus nyata, bukan hanya janji," tandas Farid Mamma, SH., M.H, bersuara lantang.(Hdr)