PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR -- Bencana banjir bandang yang terjadi Kecamatan Wera dan Ambalawi Kabupaten Bima, Nusa Tenjggara Barat (NTB) melahirkan kepedulia masyarakat Bima Nusa Tenggara Barat yang tergabung dalam Kerukunan Masyarakat Bima Sulawesi Selatan (KMBS) memobilisasi dana untuk membantu para korban bencana banjir bandang y yang terjadi Ahad (2/2/2025).
Banjir bandang yang disebut-sebut terbesar dalam puluhan terakhir memutuskan jalur transportasi dan mengakibatkan enam orang warga hilang. Laporan terakhir dari video amatir warga menyebutkan, dari enam orang yang dinyatakan hilang tersebut.
Ketua Umum KMBS Ir. Ihsan Abd.Razak, M.M. yang didampingi Sekretaris KMBS Dr.Syafyuddin Yusuf, ST, M.Si. ketika berlangsung acara silaturahim bulanan di kediaman Prof.Dr. Amrullah di Kompleks Vila Megasari Makassar, Ahad (9/2/2025), masih mengharapkan bantuan dari warga Bima yang ada di Sulawesi Selatan untuk membantu keluarga yang terkena dampak bencana banjir bandang di Kecamatan Wera dan Ambalawi Kabupaten Bima.
“Setelah terkumpul, dana ini akan segera kita kirim ke Bima untuk pengadaan barang natura yang diperlukan warga yang berdampak bencana,” ujar Ihsan dalam acara silaturahim yang berlangsung di bawah guyuran hujan lebat yang membasahi Kota Makassar tersebut.
Acara silaturahim rutin yang disertai arisan anggota KMBS itu dihadiri Dewan Pembina dan Pengurus KMBS, di antaranya H.Salbini Tahir, S.H., Drs.H.Abduk Karim, M.Pd, Prof. Dr.Syafiuddin M.Saleh, M.Si, Prof.Dr. Hamzah Hasan, M.Ag, Dr.H.Ikhwan M.Said, M.Hum, Dr. Ibrahim Ahmad, M.Si., H.Anwar Ahmad, Dr.Drs.H.M.Dahlan Abubakar, M.Hum, Dr.Mayong Maman, M.Pd., Dr.H.Abdullah Thalib, S.Ag., M.Ag, Drs.Jufri Ahmad, Jhonnykewo, HZaidun, M.Syafei, M.Yahya, serta para ibu anggota KMBS.
Intensitas Tinggi
Banjir bandang tersebut terjadi akibat hujan deras dengan intensitas tinggi yang turun di daerah hulu di pegunungan Kecamatan Wera. Arus air bah yang deras membawa material kayu dan batu dari pegunungan, sehingga menimbulkan banjir bandang yang menerjang permukiman warga di lereng pegunungan. Kekuatan arus air yang sangat deras ini tidak hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur, tetapi juga menghantam rumah-rumah warga hingga menyebabkan korban jiwa dan sejumlah warga harus mengungsi.
Berdasarkan laporan hingga 4 Februari 2025, tercatat setidaknya tiga orang meninggal dunia. Jumlah korban jiwa ini awalnya dilaporkan sebanyak dua orang pada tanggal 2 Februari, namun bertambah satu orang pada tanggal berikutnya.
Namun laporan video warga menyebutkan korban mencapai enam orang. Namun, wartawan media ini, Ahad (9/2/2025) malam memperoleh informasi dari Kota Bima bahwa korban hilang berjumlah delapan orang, termasuk dua orang yang tertimpa tanah longsor. .
Proses pencarian masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Salah satu korban yang ditemukan adalah seorang anak berusia lima tahun, yang menambah kepiluan atas kejadian ini.
Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagaimana dilansir Liputan6.com, sekitar 99 warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti masjid dan rumah kerabat. Hingga kini, tim SAR gabungan masih melakukan pencarian korban yang hanyut terseret arus deras. Bantuan logistik telah dikirimkan untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi.
Hingga Senin sore (3/2/2025), tim SAR gabungan masih melakukan pencarian 6 warga yang hilang akibat terseret banjir bandang. Para korban yang belum ditemukan berasal dari Desa Nanga Wera, termasuk seorang balita berusia 3 tahun dan seorang lansia berusia 80 tahun.
Dua korban yang sebelumnya dilaporkan hilang telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Korban pertama adalah Burhan (40), warga Desa Nunggi, yang tertimbun tanah longsor saat berada di kebun. Korban kedua, Hermawati (40), warga Wora, ditemukan tewas setelah terseret arus deras sejauh tiga kilometer.
"Kami terus melakukan pencarian terhadap korban lainnya bersama tim gabungan. Proses pencarian masih terus dilakukan dengan menyisir daerah pesisir dan aliran sungai. Tim SAR yang terdiri atas BPBD, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan berupaya mempercepat evakuasi agar para korban segera ditemukan.
Insfrastruktur Rusak
Kerusakan infrastruktur akibat banjir bandang ini juga cukup parah. Tujuh rumah panggung warga dilaporkan hanyut terbawa arus banjir. Tiga jembatan vital, yaitu Jembatan Tololai di Desa Mawu, Jembatan Ujung Kalate di Desa Nipa, dan Jembatan Talapiti di Desa Talapiti, dilaporkan putus total.
Satu ruas jalan di Desa Nanga Wera juga nyaris putus, sehingga akses transportasi terhambat. Dampaknya meluas hingga ke sektor pertanian, dengan sekitar 40 hektare lahan pertanian terdampak, tanaman padi terbawa arus, dan sawah dipenuhi sedimen.
Jumlah pengungsi akibat bencana ini tercatat mencapai 99 orang. Para pengungsi mendirikan tenda darurat di rumah kerabat atau masjid-masjid terdekat. Kondisi ini membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat untuk memenuhi kebutuhan dasar para pengungsi, seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara. Pemerintah setempat dan berbagai lembaga kemanusiaan harus segera merespon situasi darurat ini.
Sejumlah pihak telah bergerak cepat untuk menangani dampak bencana ini. Tim SAR gabungan yang terdiri atas BPBD Kabupaten Bima, Tagana Dinsos, Basarnas, TNI, Polri, Pol PP, PMI, relawan, dan masyarakat telah diterjunkan untuk melakukan pencarian korban dan pembersihan lingkungan terdampak.
Pemerintah Kabupaten Bima juga memberikan bantuan berupa makanan siap saji dan pelayanan kesehatan kepada para korban dan pengungsi. Komisi IV DPRD Provinsi NTB pun telah meminta Pemprov NTB segera merespon bencana ini dan mengatasi kerusakan infrastruktur yang terjadi.
Pemerintah daerah bersama BNPB telah menyusun langkah-langkah mitigasi guna mencegah bencana serupa terjadi di masa depan. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain:
Pembersihan material longsor yang menutupi akses jalan dan pemukiman.
Pemulihan infrastruktur, termasuk perbaikan jembatan dan jalur transportasi yang terdampak. Edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem.
Selain itu, tim ahli dari BPBD dan BMKG juga tengah melakukan evaluasi untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir guna menemukan solusi jangka panjang dalam mengurangi risiko bencana di daerah tersebut.
Laporan “Antara”, Jumat (7/2/2025) menyebutkan, empat orang korban banjir bandang di Bima masih belum ditemukan. Tim SAR gabungan saat memulangkan jenazah Juliani (32) yang ditemukan mengapung di Pantai Long Pink Beach Pulau Padar Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Kamis (6/2/2025). Juliani menjadi salah satu korban banjir bandang di Kecamatan Wera Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terjadi pada Minggu (2/2/2025) dan jenazahnya dipulangkan ke Wera, Bima, Jumat (7/2/2025).
Tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian terhadap sisa korban terseret banjir bandang di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), yang terjadi pada Ahad (2/2).
"Masih ada empat korban dalam pencarian," kata Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi di Mataram, Jumat.
Ia mengatakan pencarian terhadap para korban yang belum ditemukan ini dilakukan di segala arah, baik melalui penyisiran aliran sungai maupun laut.
"Penyisiran juga dilakukan di beberapa titik yang dicurigai korban berada," katanya.
Sebelumnya salah satu korban banjir bandang di wilayah Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, ditemukan tim SAR gabungan pada Kamis (6/2) pagi.
Sebelumnya juga Kantor SAR Maumere mengerahkan tim rescue Pos SAR Manggarai Barat (NTT) mengevakuasi jenazah perempuan yang kemudian diketahui bernama Juliani di pesisir Pantai Long Pink Beach Pulau Padar.
Bersama dengan unsur dari Polres Manggarai Barat, KSOP Mabar, Lanal Mabar, Polair Polres Mabar, dan KKP Manggarai Barat, mayat tersebut dievakuasi menuju Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo untuk penanganan lebih lanjut.
Hariyadi mengatakan berdasarkan hasil identifikasi oleh tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Kepolisian Manggarai Barat, jenazah tersebut merupakan Juliani (32) warga Dusun Karuwu, Desa Nangawera, korban banjir bandang di Bima.
"Juliani ditemukan sejauh 44 NM arah barat laut dari lokasi kejadian," kata Hariyadi.
Ia menambahkan jenazah dibawa hari ini (7/2/2025) menggunakan speedboat pada pukul 06.00 WITA menuju Pelabuhan Oi Tui, Kabupaten Bima, dan tiba pada pukul 08.28 WITA serta telah diserahkan ke pihak keluarga.(*/MDA).