Banjir dan Longsor di Sulsel : Sistem Peringatan Dini Masih Lemah, Warga Terus Jadi Korban

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Hujan deras yang mengguyur Sulawesi Selatan dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan banjir dan longsor di berbagai wilayah, termasuk Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Gowa.

Sayangnya, sistem peringatan dini (early warning system) bencana hidrologi dinilai masih lemah, sehingga masyarakat terus menjadi korban berulang kali tanpa adanya langkah mitigasi yang lebih efektif.

Meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini, faktanya bencana tetap terjadi dengan dampak yang signifikan.

Forum Komunitas Hijau mencatat, sistem peringatan dini bencana hidrologi di Sulawesi Selatan masih belum berjalan sebagaimana mestinya.

"Implikasi dari sistem peringatan dini bukan sekadar mengurangi dampak bencana, tetapi juga meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat," ujar Ketua Forum Komunitas Hijau, Ahmad Yusran, Selasa (11/02/2025).

Pemimpin Daerah Harus Bertindak Tegas

Yusran menegaskan, Gubernur Sulawesi Selatan, Wali Kota, dan Bupati terpilih harus segera mengambil langkah konkret.

Mereka perlu menginstruksikan jajarannya untuk menyiapkan sistem peringatan dini yang lebih baik guna mengurangi risiko banjir, longsor, dan genangan.

"Setiap kali bencana terjadi, masyarakat hanya bisa pasrah dan berharap bantuan sosial. Ini adalah pola klasik yang terus berulang tanpa adanya perubahan nyata dalam sistem peringatan dini," tegas Yusran.

Ia juga menyoroti, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan KLHS Tata Ruang sebenarnya sudah menyediakan peta potensi bencana, tetapi implementasinya masih sebatas dokumen tanpa tindakan nyata. Alih fungsi lahan yang tak terkendali juga menjadi faktor yang memperparah dampak bencana.

Dari Analisis ke Aksi Nyata

Menurut Yusran, Sulawesi Selatan memiliki banyak pakar dan ahli di berbagai bidang, tetapi sayangnya analisis mereka hanya menjadi teori tanpa realisasi.

Baca juga :  Danny Pomanto-ADB Teken Nota Kolaborasi di World Cities Summit 2022

Data penting seperti curah hujan, tinggi muka air, dan kondisi geologi harusnya dikumpulkan dan dianalisis dengan serius untuk membuat prediksi bencana yang lebih akurat.

"Faktanya, banyak pemukiman dan kompleks perumahan yang terus terendam banjir karena lemahnya pengawasan terhadap data dan prediksi bencana," jelasnya.

Oleh karena itu, Yusran menekankan, diseminasi informasi harus dioptimalkan melalui pendekatan berbasis komunitas. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada masyarakat harus diperkuat, termasuk melibatkan media sebagai bagian dari upaya menyebarkan peringatan dini yang lebih efektif.

"Tanpa perbaikan sistem peringatan dini yang nyata, bencana hidrologi di Sulawesi Selatan akan terus terjadi, dan masyarakat tetap menjadi korban berulang kali," pungkasnya.(Hdr)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Dari Rumah ke Ruang Literasi: Heny Suhaeny Buktikan Mimpi Tak Dianggap, Dinas Perpustakaan Makassar Dukung Karya Literasi Warga

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Kepala Dinas Perpustakaan Makassar, Dr. Aryati Puspasari Abady, S.Pi., M.Si., menghadiri sekaligus memberikan sambutan pada...

P2TM Gelar Festival Kue Bulan, Lampion Terbang Simbol Harapan dan Persaudaraan

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Persaudaraan Peranakan Tionghoa Makassar (P2TM) kembali menunjukkan kekompakan dengan menggelar Lampion Terbang Festival Kue Bulan...

Dilaporkan Gelapkan Surat Tanah Warisan, Janda Beranak Satu Asal Pekan Baru Minta Perlindungan Kapolri

PEDOMANRAKYAT, MEDAN - Tomay Maya Sitohang orang tua dan ibu kandung dari Catherin Angela Mariska Sitorus minta perlindungan...

Perempuan di Makassar Lawan Upaya Pemerkosaan, Tusuk Pelaku yang Menyamar dengan Jilbab

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Seorang perempuan di Kota Makassar nyaris menjadi korban kekerasan seksual di kamar kosnya di kawasan...