Di akhir sambutannya, Bunda Guru Indonesia mengatakan, Konferensi Kerja Nasional I PB PGRI 2025 ini menjadi bukti nyata komitmen para guru dan PGRI untuk terus mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia berharap melalui PGRI dapat mendorong semua pihak untuk memberikan perhatian lebih kepada para guru dan pendidikan di Indonesia.
“Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya melalui program makan siang bergizi gratis bagi siswa,” tandasnya saat mengakhiri sambutannya.
Sementara Ketua Umum PB PGRI Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd dalam sambutannya, mengenang almarhum Presiden Soeharto yang dikenal sangat memperhatikan dunia pendidikan, khususnya nasib guru di Indonesia. Ia menceritakan bagaimana Soeharto memberikan arahan kepada para guru dengan penuh kehormatan dan rendah hati.
“Presiden Soeharto adalah sosok yang sangat peduli dengan pendidikan. Beliau selalu memperhatikan guru dengan penuh kasih dan perhatian. Kenangan ini saya rasa bukan kebetulan, namun merupakan takdir dari Allah SWT dan alam semesta yang mempertemukan kita semua di sini,” ujar Prof. Dr. Unifah Rosyidi dengan nada penuh haru.
Unifah juga mengulang apa yamg disampaikan Putri mendiang Presiden Soeharto ini, bahwa kita PGRI harus menjadi lokomotif perubahan di tengah arus globalisasi. Tugas ini memang tidak ringan, namun dengan kesungguhan hati, guru bisa menempatkan posisi di garda terdepan dalam melakukan inovasi dan transformasi.
Ayah dan ibunya, Soeharto dan Tien Soeharto, amat memperhatikan nasib para guru dan organisasinya, PGRI. “Saat masih menjadi Presiden, ayah dari Bunda Guru Indonesia inilah yang membangunkan gedung untuk kantor pusat PB PGRI di Jakarta. Demikian juga ibundanya Titiek Soeharto ini selalu memperhatikan nasib para guru kita,” ujarnya.
Ribuan orang berkumpul mengikuti Konkernas I PB PGRI Tahun 2025. Tampak hadir selain PB PGRI Pusat, juga Ketua PGRI Provinsi se-Indonesia, Ketua PGRI utusan kabupaten/kota se-Indonesia beserta para pengurus serta tamu undangan mitra PGRI hingga media cetak elektronik. (Rizky Zulianda)