PEDOMANRAKYAT, BIMA — Sore hari, 2 Februari 2025, Juliani bersama suami keduanya, Alwi, berada di rumah mereka di Desa Nangawera. Rumah itu, berlantai tanah yang kadang juga ditempeli semen. Dindingnya menggunakan gedek, bambu yang dianyam sebagaimana kebanyakan rumah tradisional di desa-desa di Bima. Ada juga yang berdinding tripleks.
Saat banjir pertama sore menjelang magrib, Alwi meminta Jualiani mengambil anaknya yang masih menyusui di salah satu bagian rumah. Juliani bersama anaknya dan empat orang lainnya berada di rumah yang terbuat dari tanah tersebut. Mereka berharap banjir tidak akan sampai di rumah tersebut. Mereka berniat menyelamatkan diri, malah tidak terselamatkan.
“Paling-paling kalau datang banjir, air hanya akan mengalir di bawahnya saja,” cerita Kepala Desa Nangawera Umar, S.H. saat diwawancarai dari Makassar, Senin (17/2/2025) malam melalui telepon.
Hari kian gelap. Sekitar pukul 19.00 Wita, banjir kedua menyusul ternyata tidak kalah besarnya. Menyaksikan samar-samar gulungan air air bah yang ‘menyerang’, Juliani bersama anaknya dan empat orang lainnya, terkurung di rumah mereka. Alwi tidak berbuat apa-apa. Ia berdiri di tangga batu yang agak ketinggian, yang tampaknya tidak terjangkau oleh banjir. Dia tidak pernah membayangkan rumah tempat istri dan anaknya berikut empat lainnya akan hanyut di hari yang mulai gelap. Meskipun Alwi selamat, tetapi orang yang dicintainya hanyut dan lenyap di kegelapan malam. Alwi tidak dapat berbuat apa-apa melihat rumah bersama istri dan anaknya terbawa banjir. Yang tersisa hanya tangganya.
“Tidak disangka banjir akan sebesar ini,” kata Umar, S.H.
Sembilan rumah hanyut dibawa Dari eanjir di Kecamatan Wera. Enam korban baru dua ditemukan. Korban yang ditemukan Burhan (40) warga Desa Nunggi, yang trrtimbun tanah longsor saat berada di kebun.
Korban kedua, Hermawati (40) warga Desa Wora, ditemukan meninggal setelah terseret arus deras sejauh tiga kilometer.
Kantor Berita Nasional “Antara”, Jumat (7/2/2025) melaporkan, empat korban banjir bandang Wera Bima belum ditemukan, sama dengan yang dijelaskan Kepala Desa Nangawera Umar, S.H. Soal jenazah Juliani (32), istri Alwi yang terbawa banjir bandang dan hanyut bersama rumahnya, juga dibenarkan Umar S.H. yang ditemukan mengapung di Long Pink Beach Pulau Padar Kabupaten Manggarai Barat. Pulau Padar ini berdekatan dengan Pulau Komodo dan berada di tengah, antara Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Wartawan media ini pernah melintasi dan menyinggahi Pulau Padar ini tahun 1987, setelah gagal memburu kapal fery yang menuju Sape dari Labuan Bajo. Tepat di ujung Pulau Komodo, sayup-sayup di kejauhan kapal fery sudah meninggalkan Labuan Bajo.
Jenazah Juliani sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo untuk ditangani lebih lanjut. Hasil identifikasi tim ‘Indonesia Automatic Fingerprint Identification System’ (InAFIS) Kepolisian Manggarai Barat mengungkapkan, Juliani diketahui merupakan warga Dusun Kuruwu Desa Nangawera. Dia terseret arus sejauh 44 nautical mile (NM) –- sama dengan sejauh 81,488 km – dari arah barat laut lokasi kejadian. Jenazah perempuan tersebut dibawa menggunakan speedboat pukul 06.00 Jumat (7/2/2025) menuju Pelabuhan Oi Tui Kabupaten Bima dan tiba pukul 08.28 Wita. Jenazha langsung diserahkan kepada keluarganya.