Oleh: Ipa Bahya (Alumnus UGM)
NOVEL “Kemarau di Sedanau” terbit 10 Desember 2023 dengan tebal 320 halaman. Meskipun novel ini termasuk “fictive romantism”, namun di dalam karya Asroruddin Zoechni ini, religiusitas tercermin tidak hanya dalam aspek tradisi atau agama formal, tetapi lebih kepada spirit dan ketahanan mental yang dibangun melalui hubungan dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang lebih dalam. Walaupun cerita ini tidak terfokus pada ajaran agama atau ritual, berbagai elemen dalam perjalanan Salman Adiputra mengindikasikan bagaimana religiusitas menjadi landasan untuk bertahan dalam berbagai cobaan hidup yang dihadapinya.
1. Makna Kesabaran dan Pengabdian
Salah satu aspek penting dari religiusitas yang tersirat dalam cerita ini adalah kesabaran. Dalam banyak tradisi agama, kesabaran dianggap sebagai suatu kebajikan yang harus dimiliki seseorang, terutama dalam menghadapi ujian hidup. Salman, meskipun menghadapi berbagai kehilangan dan kesulitan, menunjukkan ketekunan dan kesabaran yang luar biasa. Ketika ayahnya meninggal, dan ketika ia harus berjuang untuk mendapatkan beasiswa kedokteran, kesabaran menjadi kekuatan dalam perjalanan hidupnya.
2. Keberanian Menghadapi Ketidakpastian
Dalam menghadapi tantangan hidup, Salman tidak hanya mengandalkan kemampuan teknisnya sebagai calon dokter, tetapi juga kekuatan batinnya yang bisa dihubungkan dengan religiusitas. Dia menghadapi kenyataan pahit, seperti perasaan putus asa akibat kehilangan dan diagnosa PTSD, dengan keberanian yang tak terduga. Dalam agama, keberanian untuk menghadapi ketidakpastian adalah bagian dari keyakinan bahwa setiap ujian adalah bagian dari takdir yang harus dilalui dengan keyakinan akan adanya jalan keluar.
3. Peran Dukungan Sosial sebagai Manifestasi Nilai Religius
Salman tidak sendirian dalam perjalanan hidupnya. Ia memiliki dukungan dari orang-orang baik yang membantunya mewujudkan cita-citanya. Dalam konteks religiusitas, dukungan sosial ini bisa dilihat sebagai manifestasi dari nilai-nilai agama yang mengajarkan saling tolong-menolong dan kasih sayang.
4. Pencarian Jati Diri dan Spiritualitas Pribadi
Pencarian Salman untuk menjadi seorang dokter bukan hanya berhubungan dengan pencapaian duniawi, tetapi juga dengan pencarian jati diri dan makna hidup. Dalam banyak ajaran agama, mencari tujuan hidup dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik adalah bagian dari perjalanan spiritual seseorang.
5. Kehilangan dan Pembelajaran Religius
Salah satu aspek yang sangat penting dalam cerita ini adalah bagaimana Salman menghadapi kehilangan. Kehilangan ayah dan kegagalan hubungan cintanya dengan Hamidah bukan hanya memberikan beban psikologis, tetapi juga menjadi titik balik bagi pengembangan dirinya. Banyak ajaran agama yang berbicara tentang pentingnya menerima kehilangan dan kesedihan sebagai bagian dari perjalanan hidup yang lebih besar. Salman, meskipun merasa hancur, belajar untuk menerima kenyataan ini dan terus melangkah maju.
6 Kehidupan dan Perjuangan Sebagai Bentuk Ibadah
Dalam banyak tradisi agama, hidup itu sendiri dianggap sebagai bentuk ibadah. Setiap tindakan yang dilakukan dengan niat yang baik dan untuk tujuan yang lebih tinggi dianggap sebagai pengabdian kepada Tuhan. Perjalanan Salman yang penuh dengan perjuangan dan kerja keras untuk mencapai impian bisa dipandang sebagai bentuk ibadah, karena ia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberikan manfaat bagi orang lain melalui profesinya sebagai dokter.
Secara keseluruhan, “Kemarau di Sedanau” menggambarkan perjalanan hidup yang penuh makna, ketika religiusitas dan spiritualitas bukan hanya diterjemahkan dalam bentuk doa atau ritual, melainkan juga dalam cara seseorang menghadapi tantangan hidup. (*).