Selain itu, sepuluh desa dengan kasus DBD tertinggi juga teridentifikasi. Desa Magani menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 21 kasus, disusul Asuli dengan 19 kasus, serta Sorowako dengan 18 kasus. Desa lain seperti Ledu-Ledu, Tabarano, dan Nikkel masing-masing melaporkan 14 kasus, sedangkan Wasuponda mencatat 13 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Luwu Timur, dr. Adnan Kasim, menegaskan bahwa pihaknya terus melakukan berbagai langkah preventif guna menekan angka penyebaran DBD di wilayah tersebut. Selain melakukan fogging di daerah dengan kasus tinggi, Dinas Kesehatan juga aktif dalam sosialisasi pencegahan melalui edukasi kepada masyarakat.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam pencegahan DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat. Pemberantasan sarang nyamuk menjadi langkah utama yang harus dilakukan bersama,” ujar Adnan.
Untuk menekan angka penyebaran DBD, Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Timur mengimbau masyarakat menerapkan langkah 3M, yakni menguras tempat penampungan air, menutup wadah yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk, serta memanfaatkan barang bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti.
Keberhasilan Kecamatan Tomoni Timur dalam menjaga wilayahnya tetap bebas DBD sepanjang tahun ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pencegahan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti tersebut.
Kasus DBD di Luwu Timur menjadi perhatian serius mengingat penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat. Oleh karena itu, kerja sama antara masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan guna menekan angka kasus DBD di wilayah tersebut. (yul)