RS Unhas agar Jadi RS A.Amiruddin

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR -- Pada peluncuran buku “A.Amiruddin, Nakhoda dari Timur” di Unhas Hotel & Convention” Tamalanrea, Jumat (7/3/2025) petang, berkembang keinginan memberi nama A.Amiruddin pada Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin menjadi “Gedung A.Amiruddin”.

“Atau juga Rumah Sakit menjadi RS A.Amiruddin. Kiranya usulan ini dapat dilanjutkan oleh Ketua Dewan Guru Besar Unhas,” usul Prof.Sadly AD, M.PA, yang memberikan testimoni pada acara yang juga dihadiri Kepala Badan Kesbang Sulsel Ansyar S.STP, M.AP, mewakili Gubernur, Anggota DPR RI Dr.Syamsu Rijal, M.Si., Rektor Unhas (periode 1989-1993& 1993-1997) Prof.Dr. Basri Hasanuddin, M.A. , Ketua Dewan Profesor Unhas Prof.Dr. Andi Pangeran Moenta, S.H., DFM, Ketua Dewan Mahasiswa Unhas (1974-1975) Prof.dr. A. Husni Tanra, Ph.D., Sp. An, mantan Sekjen Dewan Mahasiswa Unhas 1975-1976 Drs.A,Madjid Sallatu, M.A. dan sejumlah guru besar Unhas. Di tengah undangan, hadir dua putri Amiruddin, yakni Amelia Tristiana, S.Psi. dan putrinya, dan dr. Irma Helina, Sp.KK, & dr.Ayyub Anwar Makkatutu, suaminya.

Tokoh Nasional

Inisiator peluncuran dan penerbitan edisi revisi buku ”A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” Lexy M.Budiman menyebutkan, ide meluncurkan buku ini sudah lama didiskusikan. Namun disepakat memilih waktu yang tepat yaitu ketika para Pimpinan Daerah para Gubernur dan Bupati/Wali Kota beserta wakilnya sudah dilantik dan bersiap memulai menjalankan amanah di daerahnya masing-masing, karena buku ini berisi tentang tema kepemimpinan dan karakter pemimpin meskipun dibumbui dengan cerita-cerita heroik lainnya dan segenap cerita tentang seorang yang tetap humanis di tengah kepungan kepentingan orang banyak.

“Survei global seperti survei Gullup (perusahaan riset dan konsultasi global) menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam meningkatkan kinerja organisasi serta bahwa kepemimpinan yang baik dan positif dalam organisasi sangat berpengaruh dan dapat meningkatkan performa birokrasi, meningkatkan keterlibatan pegawai, mengurangi hambatan birokrasi serta meningkatkan efisiensi pelayanan publik,” kata Lexy.

Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki skill kepemimpinan tetapi juga mempunyai kemampuan dalam membangun budaya kerja yang sehat dan produktif. Ketidakpercayaan terhadap pimpinan dalam sebuah organisasi dapat berdampak negatif pada kinerja, moral pegawai, dan efektivitas pelayanan terhadap stakeholder.

Kata Lexy, di tengah era globalisasi dan disrupsi yang kita hadapi saat ini, negeri kita tercinta Indonesia dan khususnya Sulawesi Selatan membutuhkan banyak pemimpin yang bisa mengantarkan Sulawesi Selatan dan Indonesia sejajar dengan daerah lainnya serta sejajar dengan negara-negara maju.

“Ada banyak pemimpin di Sulawesi Selatan yang menjadi tokoh nasional dan sangat dihormati. Sebutlah mantan Presiden B.J. Habibie yang kelahiran Parepare, mantan Wakil Presiden M.Jusuf Kalla, Jenderal M.Jusuf, Baharuddin Lopa, Andi Mattalatta, hingga Ahmad Amiruddin serta tokoh Sulsel terpopuler saat ini Menteri Pertanian Andi Amran Sulaeman yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat IKA Unhas,” ujar Lexy

Dia mengatakan, banyak tokoh dan pemimpin karismatik lainnya yang tidak dapat kita sebut satu per satu yang semuanya sangat berjasa dalam membangun Sulawesi Selatan dan Indonesia. Sosok-sosok pemimpin ini memiliki karakter yang berbeda. Karena itu kita sebagai generasi penerus seharusnya dapat mendokumentasikan praktik-praktik baik serta pemikiran para pemimpin kita. Itulah sebabnya buku ini lahir untuk merekam dan mendokumentasikan sebagian sisi kehidupan pribadi dan sisi kehidupan kepemimpinan dari seorang Ahmad Amiruddin yang menjadi “role model” dan panutan sebagai pemimpin yang berkarakter.

Baca juga :  Pj Bupati Enrekang Hadiri Upacara HUT Bhayangkara ke-78 di Mapolres Enrekang

Buku ini, imbuh Lexy, mendapat sambutan dan apresiasi yang sangat baik dari B.J. Habibie (dalam pengantarnya di cetakan pertama pertama yang diluncurkan di Jakarta 1999), M.Jusuf Kalla (saat menjadi Wapres tahun 2019) serta berisi 36 tulisan dari para sahabatnya mulai dari tokoh pemerintahan, tokoh kampus, para mantan aktivis Dewan Mahasiswa Unhas pada masanya, pengusaha, wartawan serta para guru besar serta tokoh lainnya dan keluarga beliau.

”Karena itulah kami hadir di sini untuk mengenang jasa-jasa Pak Amiruddin baik semasa beliau menjadi nakhoda sebagai Rektor Unhas maupun sebagai nakhoda sebagai Gubernur Sulawesi Selatan selama dua periode,” ujar Lexy.

Suatu pencapaian yang belum ada dua nya. Menjadi rektor dan disambung menjadi gubernur, dengan segenap pemikirannya sebagai seorang visioner yang kita rasakan manfaatnya hingga saat ini.

”Lihatlah kampus Unhas kantor Gubernur, dan pemikiran-pemikiran beliau yang merupakan legacy yang monumental bagi generasi muda yang hidup di era ini yang mungkin saja banyak di antara mereka yang tidak mengenal dan tidak punya panutan bagi seorang pemimpin bahkan banyak generasi sekarang yang sudah lupa sejarah,” sebut Lexy.

Lexy juga menyebutkan, dalam buku ini para penulis menuangkan perjalanan sejarah penting dalam pembangunan Universitas Hasanuddin dan Provinsi Sulawesi Selatan serta dinamika kehidupan sosok Ahmad Amiruddin.

“Karena itu perkenankan kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya kepada para penulis M.Dahlan Abubakar, Rudy Harahap (alm.), SM Noor, Baso Amir dan Ridwan Effendy (alm.), serta para kontributor dalam buku yang monumental ini serta juga terima kasih kepada keluarga Besar Bapak Ahmad Amiruddin. Semoga buku ini dapat menjadi catatan sejarah penting dan menjadi referensi serta Inspirasi bagi generasi muda penerus cita-cita bangsa,” kunci Lexy M.Budiman.

Anggota DPR RI Dr.Syamsu Rijal, M.Si yang tampil pertama memberikan kesannya mengemukakan, pemikiran A.Amiruddin adalah gagasan yang bertransformasi yang dapat diaktualisasikan. Misalnya perwilayahan komoditas adalah pengakuan bahwa daerah-daerah masing-masing memiliki potenti yang berbeda-beda dan harus ada harmoni untuk memberikan nilai yang cukup bagi kemaslahatan Masyarakat.

“Oleh sebab itu, kita tidak boleh berbangga diri sebagai etnis tertentu karena masing-masing memiliki kelebihan,” kata legislator dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Sedangkan konsep “petik olah jual” adalah konsep yang mampu menambah nilai suatu barang dan sudah banyak ditiru oleh korporasi yang lain. Ini merupakan salah satu konsep orisinal dan sekarang sudah banyak dikembangkan teori-teori turunannya.

Soal keberanan, tak ada duanya

Mappaturung Parawansa yang pernah menjabat Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bertepatan dengan Amiruddin juga menjabat Rektor Unhas (1973-1982). Lantaran sering bermain bareng, akhirnya ketika menjabat Gubernur Sulsel, Amiruddin dan Parawansa bekerja bersama selama beberapa tahun.
“Pak Amiruddin telah memberikan banyak pengalaman kepada saya selama menjabat Gubernur Sulsel,” ujar Parawansa yang hadir dalam acara peluncuran buku tersebut didampingi putrinya, Kuko.
Dalam terstimoninya di dalam buku, Parawansa menyebutkan, soal keberanian, Amiruddin, tidak ada duanya. Di masa Orde Baru yang sedang kencang-kencangnya, dia memberhentikan dua pejabat bupati dari ABRI dan Polri karena melakukan kesalahan.

“Padahal pejabat bupati pada masa ittu merupakan hasil kesepakatan tiga jalur, ABRI, birokrat, dan Golkar,” ujar pria kelahiran 22 Januari 1934 ini dalam terstimoninya di buku (hlm 374).
Prof. Sadly AD mendampingi Amiruddin selama delapan tahun. Ada satu ungkapan Amiruddin yang selalu diingat Sadly.
“Saya ini orang Kimia yang tidak bisa dikocok-kocok tetapi ingin mengocok-ngocok Unhas,” kata Amiruddin saat baru dua bulan memimpin Unhas ketika duduk di ruang tamu Sadly.

Baca juga :  Kapolri Kejar Target Vaksin Booster Agar Warga Miliki Kekebalan Jalani Aktivitas Ramadan

Berdasarkan apa yang dikatakannya itu, ada beberapa kebijakannya yang betul-betul menjadi sesuatu yang baru. Kita mengetahui, Unhas sebelum Amiruddin memimpin Unhas menganut sistem desentralisasi. Setiap fakultas memiliki kewenangan masing-masing dan menonjolkan ego fakultasnya. Amiruddin mengubah sikap ego fakultas itu menjadi semangat ke-Unhas-an. Sehingga, FISIP Unhas yang berada di luar Kampus Baraya, tepatnya di Jl. Dr.Ratulangi, “ditarik” masuk ke Kampus Baraya.

Yang kedua, kata Sadly, para dosen Unhas merasa bangga dengan hanya gelar Drs., master, atau dokter saja, namun Amiruddin mengubah paradigma itu. Amiruddin mengangkat Dr.Basri Hasanuddin, M.A. yang baru kembali dari Filipina menyelesaikan pendidikan doktor, menjabat Ketua Bidang Pengembangan Staf Akademik, yang tugasnya antara lain melaksanakan program peningkatan kualitas pendidikan staf dosen.

Amiruddin merupakan pemimpin pertama di Indonesia yang awal memikirkan kesejahteraan karyawan yang dipimpinnya dengan membangun perumahan. Tidak hanya itu, sebut Sadly, yang paling fenomenal adalah pembangunan kampus baru Tamalanrea. Kisah bermula, saat Makassar diguyur hujan berhari-hari, kampus Baraya pun tergenang air. Amiruddin meminjam mobil yang biasa dikendarai Sadly, karena sedan Kongswood DD 13 warna merah tidak mungkin melabrak genangan air di kawasan Fakultas Pertanian.

Saat melintas di genangan air tersebut, mobil yang dikemudikan sendiri oleh Amiruddin dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjarig Thajeb duduk di sebelah kirinya, masuk lubang dan mogok. Pada saat Amiruddin berusaha menghidupkan mesin mobil, Sjarif Thajeb mencegahnya.

“Tunggu, pindah…pindah!!!,” titah Sjarif Thajeb setelah melepaskan pandangan ke seliling gedung kampus yang tergenang air.
Mendengar ucapan Sjarif Thajeb tersebut, Amiruddin langsung menangkap dalam kesempatan pertama, akan memindahkan kampus dari Baraya ke suatu tempat yang baru, yang kemudian dipilih Tamalanrea. Sjarif Thajeb pun meletakkan batu pertama pembangunan kampus baru 15 Juni 1976 dan ditesmikan oleh Presiden Soeharto 17 September 1981, setahun sebelum “sang Nakhoda dari Timur” menuntaskan masa jabatannya di Unhas.

Kader Amiruddin

Prof.Basri Hasanuddin, M.A. mengaku sangat dekat dengan Amiruddin karena menjadi bawahannya selama menjabat Rektor Unhas.

“Basri, saya minta kamu membantu saya memikirkan Unhas. Saya kasih kesempatan kamu memikirkan sumber daya Unhas. Saya tidak punya waktu memikirkan ini, kamu yang memikirkan dan laksanakan, ” pinta Amiruddin saat melihat Basri Hasanuddin baru kembali dari Filipina, sebagaimana diungkapkan Basri pada peluncuran buku tersebut.

Setelah menyampaikan permintaannya itu, Amiruddin memerintahkan bawahannya menerbitkan surat keputusan pengangkatan doktor lulusan universitas di Filipina ini sebagai Ketua Tim Pengembangan Staf Akademik Unhas. Setelah menerima surat keputusan tersebut, Basri kaget. Pasalnya, Unhas yang memiliki nama besar pada waktu itu baru memiliki 11 dosen berkualifikasi doktor dan sejumlah master. Setelah itu, Unhas mengirim tenaga dosen untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang master dan doktor ke berbagai negara di Amerika, Eropa, dan Australia di samping negara Asia, khususnya Jepang.

Baca juga :  Pangdam Hasanuddin Pimpin Sidang Pantukhir Penerimaan Caba PK TNI AD TA 2022

“Mereka yang kemudian memimpin Unhas adalah buah dari program yang dicanangkan oleh Amiruddin karena apa yang dikerjakannya adalah apa yang dikatakannya,” kata Basri Hasanuddin, sambil menambahkan, Amiruddin merupakan orang yang “saya kagumi, hormati dan membanggakan.

Ketua Dewan Mahasiswa Unhas tahun 1974-1975, Prof.dr.Andi Husni Tanra, Ph.D.,Sp.An, mengenang, ketika Amiruddin datang ke Unhas pada tahun 1973, dia sudah menjabat Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas. Sebelumnya menjadi dosen di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Kuala Lumpur. Bersamaan dengan kedatangannya, terjadi kesalahpahaman antara Dekan FK Unhas dengan para mahasiswa karena mahasiswa dikeluarkan.

Ketika itu mahasiswa FK Unhas jika tinggal dua tahun pada satu tingkat harus dikeluarkan sebagai mahasiswa. Menyikapi situasi ini, Amiruddin mengundang mahasiswa FK ke rumah jabatan dengan kedok makan malam bersama.

“Mana si Husni,” tanya Pak Amiruddin begitu bertemu dengan rombongan mahasiswa FK Unhas.
“Saya, Pak,” jawab Husni Tanra.
“Ini si Husni, harus dikasih kawan dengan orang Solo,” kata Amiruddin yang memaksudkannya supaya dia tidak selalu memberontak.

Sejak saat itu, Husni memperoleh kesan tentang Amiruddin dalam menyelesaikan suatu persoalan. Saat Husni menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Unhas (1974-1975), Amiruddin ingin memindahkan kampus. Pada saat itu para mahasiswa naik sepeda ke kampus. Husni sendiri tinggal di Jl. G.Merapi. Kalau tidak naik sepeda, berjalan kaki ke kampus. Husni berpikir, bagaimana caranya memindahkan kampus dengan kondisi mahasiswa yang banyak jalan kaki dan naik sepeda?

“Kita juga tidak pernah membayangkan suatu saat ada bus dan kendaraan umum yang melayani ke kampus baru. Tidak masuk di akal waktu itu untuk memindah kampus ini,” ujar Husni Tanra yang pernah memperoleh penghargaan dari Pemerintah Jepang tersebut.

Husni Tanra merupakan orang Unhas pertama dan mungkin juga Indonesia yang dikirim belajar ke Jepang. Dia memperoleh beasiswa pada masa kepemimpinan Amiruddin. Ketika berkunjung ke Jepang, seingat Husni, Amiruddin selalu ingin ditunjukkan toko buku dan diminta antar ke tempat tersebut.

Pada acara peluncuran tersebut Direktur De Hills Institute Hendra Sinadya menyerahkan penghargaan kepada perwakilan penulis buku yakni M.Dahlan Abubakar yang Bersama dengan Rudy Harahap (alm.), SM Noor, Baso Amir, dan Ridwan Effendy (alm,) menggarap edisi pertama buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” yang diluncurkan di Hotel Grand Melia Jakarta tahun 1999 oleh suatu tim yang terdiri atas Lexy M.Budiman, Andi Taufik, dan Makhfud Sappe dkk. Edisi pertama diterbitkan oleh Yayasan Latimojong, sementara edisi revisi dengan tambahan dua bab (I dan V) diterbitkan oleh UPT Unhas Press Makassar.
“Soft launching” buku ini telah dilakukan bertepatan dengan Dies Natalis Unhas ke-68 tahun 2024 di Baruga Andi Pangerang Petta Rani Kampus Tamalanrea. Namun Lexy M.Budiman selaku penerima amanah penerbitan edisi revisi buku ini bersama penulis M.Dahlan Abubakar dan Andi M.Taufik, dan Makhfud Sappe menginisiasi peluncuran yang dirangkaikan dengan acara buka puasa Bersama di Unhas Hotel & Convention.

Banyak yang menyayangkan, unsur pimpinan Unhas tidak tampak dalam acara peluncuran buku ini. Wakil Rektor III Prof.Dr. Andi Farida Patittingi, S.H., M.Hum sempat muncul di lokasi kegiatan, namun meninggalkan Hotel Unhas sebelum acara dimulai. (MDA).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Polres Soppeng Tertibkan “Bali” Di Bulan Ramadhan

PEDOMANRAKYAT, SOPPENG – Aksi Balap Liar (Bali) sepeda motor yang biasa marak di bulan suci Ramadhan , diantisipasi...

Kapolsek Lilirilau Safari Ramadhan

PEDOMANRAKYAT,SOPPENG – Kapolsek Lilirilau AKP Asep Sibli Sm,HK melakukan safari Ramadhan sekaligus memberikan ceramah Kamtibmas di Masjid Nurul...

Drama Penangkapan Hj. Nursanti : Pengacara Ungkap PT Enersteel, Dalang di Balik Kasus Ini

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Personel Polda Sulsel menangkap mantan Calon Bupati Sinjai, Hj. Nursanti, di kediamannya di Jalan Timah,...

Karena Dapat Memicu Tindak Kriminal, Kapolres Gowa Imbau Masyarakat Hilangkan Kebiasaan Membawa Senjata Tajam

PEDOMANRAKYAT, GOWA - Kapolres Gowa, AKBP R.T.S Simanjuntak, SH, SIK, MM, MIK menegaskan, membawa senjata tajam tanpa izin...