“Dari sisi bahan bakar dan pemeliharaan ini, kita bisa berhemat banyak. Belum lagi dari sisi lingkungannya. Kalau Alphard, satu kali perjalanan kita ke Makassar bisa habis Rp 2 juta hanya untuk bensin saja. Tapi kalau mobil listrik paling Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu,” terangnya.
Dedy juga menyatakan, dalam pemerintahannya akan terus menpertimbangkan input dan ouput.
Artinya, setelah mendapat fasilitas mobil dinas, dirinya akan berupaya kerja maksimal kepada masyarakat.
“Saya selalu meliat input dan outputnya seperti apa, artinya saya harus mengembalikan 10 kali lipat dari apa yang saya lakukan. Minggu lalu saya ke Makassar, saya bilang ke pak Gubernur saya beli mobil listrik bukan Alphard, katanya bagus sekali, akhirnya kita dijanjikan oleh PLN stasiun pengisian kendaraan listrik umum,” ujarnya.
Diam-diam Lakukan Efisiensi
Lebih jauh, Frederik menyatakan bahwa dalam beberapa hari terakhir ini, pihaknya melakukan review anggaran di semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
“Ini memang belum final ya, tapi anggaran kita di tahun 2025, yang sudah disahkan sebelumnya itu, banyak sekali yang tidak tepat sasaran. Sehingga, mengikuti arahan Bapak Presiden Prabowo, kita coba review kembali dan bisa mendapatkan penghematan yang luar biasa besar,” ungkap Dedy.
Dari upaya penghematan ini, pemerintah mengalokasikannya ke beberapa kegiatan strategis dan mendesak, seperti revitalisasi Sungai Sa’dan, revitalisasi drainase dan Pasar Bolu dan beberapa titik langganan banjir di dalam kota.
Kemudian perbaikan beberapa ruas jalan dalam kota. Pembangunan jalan ke Baruppu’ Parodo dan dari Sapan ke Pulu-Pulu.
“Ini kan isunya mungkin kurang keren, jadi tidak terangkat ke permukaan. Tapi nda apa-apa, kita kerja dalam senyap. Dedy-Andre siap tidak populer demi kebaikan masyarakat,” pungkasnya. (pri).