Tambang Galian C Ancam Cagar Budaya Tikala, Warga Ultimatum Lapor Kapolri jika Polres Tak Bertindak

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Polemik tambang galian C di Kelurahan Tikala, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, makin memanas. Warga setempat, melalui tokoh masyarakatnya Prof. Agus Salim, menyatakan siap melaporkan aktivitas tambang batu yang dinilai ilegal dan merusak situs cagar budaya ke Kapolri jika pengaduan mereka ke Polres Toraja Utara tidak ditindaklanjuti secara profesional.

“Kalau Polres tidak segera memberikan kepastian hukum, kami akan melaporkannya langsung ke Kapolri. Ini bukan hanya soal tambang, tapi tentang masa depan warisan budaya dan lingkungan hidup kami,” tegas Prof. Agus Salim, yang juga Rektor UKI Paulus Makassar, saat ditemui di kampusnya, Sabtu (05/04/2025).

Tambang batu yang telah beroperasi sekitar empat tahun itu, menurut Prof. Agus, telah merusak sejumlah situs penting seperti Tongkonan Marimbunna dan Kuburan Ne’ Birang, serta mengancam kelestarian sumber mata air Bombong Wai yang selama ini menghidupi ribuan hektare sawah dan memenuhi kebutuhan air bersih warga Tikala.

Dugaan Pelanggaran dan Sorotan Terhadap Polres

Prof. Agus juga mendesak Polres Toraja Utara agar menyelidiki legalitas tambang tersebut secara menyeluruh, termasuk pelanggaran terhadap UU Lingkungan Hidup dan UU Pertambangan.

Ia menekankan pentingnya penelusuran atas analisis dampak lingkungan (AMDAL) dan keterlibatan masyarakat dalam proses perizinan.

“Faktanya, ada lebih dari 300 warga yang menandatangani penolakan terhadap tambang ini. Jika masyarakat tak dilibatkan, itu pelanggaran serius. Prosedur AMDAL harus transparan dan melibatkan pihak terdampak,” ujarnya.

Dampak Lingkungan dan Desakan Hukum

Senada dengan Prof. Agus, Ketua Tim Kuasa Hukum Warga Tikala, Anthonius T. Tulak, menegaskan tambang batu di Tikala telah menimbulkan dampak negatif serius.

Mulai dari degradasi lahan, longsor, pencemaran udara dan air, hingga kerusakan pada sarana wisata dan situs budaya yang ada di kawasan tersebut.

Baca juga :  Tingkatkan Keselamatan Pelayaran, Kapolsek Paotere Sambangi Masyarakat dan Penumpang di Pelabuhan Paotere

“Ini jelas bentuk perusakan lingkungan yang sistematis. Maka sudah semestinya ada penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku tambang ilegal ini,” kata Anthonius.

Ia juga mendesak Pemkab Toraja Utara agar tidak bersikap pasif. Ia menyebut perlunya sikap tegas seperti yang ditunjukkan oleh Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi, dalam menolak tambang merusak di wilayahnya.

Teguran untuk Kepala Daerah dan Legislator

1
2TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Direktur LBH Tana Luwu Minta Kapolda Sulsel Bertindak: Tangkap Kelompok Kriminal Bermotor Yang Mengancam Mahasiswa di Makassar

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Tana Luwu, Hasmin Suleman, SH, MH, secara tegas mendesak Kapolda...

Muliawan Adyakza Makmur, Menyatukan Pemuda Palopo, Merawat Harapan Kota

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR — Di sebuah kota pesisir Sulawesi Selatan yang perlahan bergeliat menjawab tantangan zaman, muncul sosok muda...

Nuryadin, Calon Ketua KNPI Palopo Ajak Pemuda Berkontribusi Pada Pembangunan Di Daerahnya

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR -- Pemuda dituntut mampu menjawab setiap tantangan yang ada, khususnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai generasi...

Adakan Rapat Perdana, Ini Penegasan Ketua PGRI Sinjai

PEDOMANRAKYAT, SINJAI -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sinjai Kepengurusan periode 2025–2030 menggelar Rapat Kerja perdana di...