Lebih lanjut, Andi Rajadeng menjelaskan bahwa koperasi desa nantinya bisa langsung menjual hasil pertanian ke Bulog, atau bahkan menjalin kemitraan dengan pabrik pengolahan rumput laut di Kabupaten Pangkep. Dengan begitu, nilai jual bisa meningkat karena sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan industri.
Selain rumput laut, masyarakat Garassikang juga menggantungkan hidup dari hasil tani seperti jagung dan padi. Namun, hasil pertanian ini sangat bergantung pada musim hujan karena sebagian besar lahan di desa tersebut adalah lahan tadah hujan.
“Kalau pertanian seperti jagung dan padi, itu musiman. Harus menunggu musim hujan. Sementara rumput laut, dalam waktu 40 hari sudah bisa panen. Artinya, rumput laut lebih cepat memberi hasil,” terangnya.
Andi Rajadeng berharap kehadiran koperasi bisa memberikan solusi menyeluruh. Ia bahkan sudah merancang skema bantuan bibit dan pupuk melalui koperasi bagi petani jagung, di mana petani bisa mengajukan pinjaman bibit dan pupuk tanpa harus mengeluarkan uang tunai. Hasil panen nantinya dibeli oleh koperasi untuk kemudian dijual ke Bulog.
“Dengan skema seperti ini, koperasi bisa menjadi penyangga harga. Petani tidak lagi menjual dengan harga murah karena butuh uang cepat. Koperasi akan membeli, menyimpan, dan menjual ke Bulog dengan harga yang wajar,” jelasnya.
Terakhir, ia menegaskan pentingnya integritas dan komitmen kepala desa dalam mengelola koperasi. “Kalau koperasi ini berjalan, saya yakin Indonesia akan lebih maju. Kecuali jika kepala desa hanya ingin memperkaya diri sendiri,” tutup Andi Rajadeng. (And)