Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar, mengatakan penurunan stunting tak bisa hanya dibebankan pada sektor kesehatan.
“Kita bekerja bersama BKKBN, DP3A, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dukcapil, dan lembaga lain. Isu ini terlalu besar jika ditangani sendiri,” ujarnya.
Menurut Ishaq, perubahan perilaku menjadi kunci utama, mulai dari pola asuh anak, pemeriksaan rutin ibu hamil, hingga edukasi remaja putri tentang gizi dan kesehatan sebelum menikah. Ia menambahkan, edukasi terus digencarkan melalui posyandu dan puskesmas di tingkat desa.
Tahun ini, Dinas Kesehatan Sulsel menargetkan prevalensi stunting turun di bawah 20 persen. “Kalau bisa 18 persen tahun depan,” ujarnya optimistis.
Pemerintah provinsi juga tengah memfinalisasi program insentif bagi tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam penurunan stunting.
Gubernur Sulsel menargetkan insentif Rp1 juta per tenaga kesehatan, dengan tambahan Rp500 ribu jika berhasil menurunkan kasus stunting. Program ini menyasar tiga anak per desa di seluruh kabupaten/kota di Sulsel.
Hingga kini, angka stunting di Sulsel turun dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen. Pemerintah daerah berharap tren ini terus berlanjut melalui sinergi semua pihak, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ishaq Iskandar, menandaskan. (Hdr)