PEDOMANRAKYAT, JAKARTA – Suasana di Asrama Haji Pondok Gede terasa berbeda pagi itu. Lebih dari seribu peserta hadir langsung di aula utama, sementara ratusan ribu lainnya mengikuti dari berbagai penjuru Indonesia secara daring.
Total, lebih dari 140 ribu orang ikut dalam Bimbingan Manasik Haji Nasional yang digelar secara hybrid oleh Kementerian Agama.
Sebuah angka yang tak hanya mencerminkan antusiasme, tapi juga komitmen besar dalam pembinaan jemaah haji. Tak heran, acara ini pun sukses mencatatkan rekor MURI.
Ini bukan sekadar seremoni rutin. Bimbingan manasik kali ini menjadi momentum penting menjelang musim haji 2025. Dari 1.500 peserta yang hadir langsung di Jakarta hingga lebih dari 141 ribu lainnya yang tersebar di lebih dari 500 titik daring, semua disatukan dalam semangat yang sama, bersiap menunaikan panggilan suci ke Tanah Suci.
Menteri Agama RI, Prof. KH. Nasaruddin Umar, hadir langsung dan memberikan pesan yang menggugah. Ia menekankan, bimbingan manasik tak boleh hanya berkutat pada soal teknis atau fiqih belaka.
Ada dimensi ruhani yang tak kalah penting, pemaknaan ibadah, transformasi diri, dan kesadaran spiritual.
“Tidak semua haji yang maqbul itu mabrur. Tapi setiap haji yang mabrur, pasti maqbul,” ujarnya, mengingatkan keberhasilan ibadah haji tak hanya diukur dari sahnya rukun-rukun, tapi sejauh mana ia mampu mengubah pribadi seseorang, Minggu, 20 April 2025.
Lanjut Menag, tahun ini terasa makin spesial karena pelaksanaan haji bertepatan dengan Haji Akbar, momen di mana wukuf di Arafah diperkirakan jatuh pada hari Jumat.
"Sebuah keistimewaan yang, menurut tradisi, setara dengan 70 kali haji biasa. Doa-doa lebih mustajab, ampunan terbuka lebar, dan rahmat Allah turun tanpa batas," tuturnya.
“Jadikan Haji Akbar ini bukan hanya untuk mendoakan diri sendiri, tapi juga keluarga, bangsa, dan seluruh umat manusia,” pesan Menteri Agama.
Dalam sesi lain, Prof. Nasaruddin Umar menyampaikan refleksi mendalam. Ia membingkai haji sebagai bagian dari misi kekhalifahan manusia di bumi, mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Qudsi yang menggambarkan betapa pentingnya dialog antara manusia dan Tuhannya.
“Allah itu mencintai dialog,” katanya. “Setelah pulang haji, jangan ragu berdialog, karena itu tradisi ilahiah.”
Ia juga mengingatkan, Ka'bah bukan sekadar bangunan, tapi simbol pengampunan dan taubat yang pertama kali dibangun oleh Nabi Ibrahim di Makkah.
Tawaf yang dilakukan para jemaah pun disebutnya, sebagai gerakan spiritual yang mencerminkan harmoni dengan para malaikat.
“Hajar Aswad dulunya putih bersih. Tapi karena dosa manusia, kini menghitam. Meski tinggal beberapa butir seukuran kemiri, maknanya tetap suci,” tuturnya penuh makna.
Dalam pemaparannya, Prof. Nasar, juga menyinggung pemikiran Ibnu Arabi dari karya agung Futuhat al-Makkiyah, yang menyebut, pahala 100.000 kali lipat di Tanah Haram tak hanya berlaku di pelataran Ka'bah, tapi di seluruh wilayah Mekkah dan sekitarnya.
Acara ini juga dihadiri oleh berbagai pejabat penting, mulai dari Wakil Kepala Badan Penyelenggara Haji, para Dirjen Kemenag, hingga pimpinan Bank Syariah Indonesia. Kehadiran mereka, baik secara langsung maupun daring, menunjukkan dukungan penuh terhadap kesuksesan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
Menag menuturkan, dengan bimbingan manasik skala nasional yang monumental ini, harapannya para calon jemaah haji Indonesia bukan hanya siap secara teknis dan syar’i, tetapi juga lebih memahami makna terdalam dari ibadah ini.
"Terlebih, tahun ini adalah tahun Haji Akbar, momen langka yang penuh keutamaan, keberkahan, dan kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Sang Pencipta," Prof. KH. Nasaruddin Umar, menandaskan.(Hdr)