Dari Cemooh ke Luka Bakar, Cerita Terakhir Afnan

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Hari itu, udara di lorong sempit Jalan Maccini Gusung Setapak 8 terasa lebih pengap dari biasanya.

Di dalam rumah mungil berukuran 3x5 meter, Muhammad Raja Afnan terbaring kaku. Bocah 15 tahun itu pergi dengan menyisakan tanya dan duka yang membekas dalam.

Tak ada yang menyangka akhir hidup Afnan akan seperti ini. Di lingkungan tempat tinggalnya, Afnan dikenal sebagai anak yang tidak neko-neko. Pendiam, sopan, dan rajin membantu.

“Kalau azan, dia selalu duluan ke masjid,” kenang Ibu Nita, tetangga yang sehari-hari melihat Afnan tumbuh.

Namun dua hari sebelum ajal menjemput di Rumah sakit Islam Faisal, Afnan mulai mengeluh. Kepada ayahnya, Ical, ia bercerita soal pengeroyokan yang dialaminya.

Tiga orang, begitu katanya, sambil mengangkat tiga jari. Luka mulai tampak dibelakang samping ketiak seperti terbakar sundutan rokok, dan sobekan baju.

Awalnya, Afnan diduga terserang demam berdarah. Namun setelah dirawat, dokter mulai curiga. Luka-luka itu tak lazim, tidak cocok dengan gejala yang biasa menyertai penyakit tersebut. Ia juga sempat mengeluh pusing hebat kepada neneknya.

“Tapi dia tidak bilang ke saya. Katanya takut,” ujar sang ibu, Katrina.

Peristiwa ini berawal dari insiden kecil di sekolah. Afnan yang duduk di bangku SDN Maccini 1 Makassar terlibat adu mulut dengan seorang siswa dari sekolah lain. Anak itu mengejek, Afnan menegur. Keributan pecah.

“Anak saya memang sempat memukul duluan karena tersinggung,” kata Katrina, Jumat malam (30/05/2025).

Masalah tak berhenti di situ. Siswa yang terlibat melapor ke orang tuanya. Keesokan hari, orang tua itu datang ke sekolah, membawa seorang guru dari SD Maccini 2. Katrina menyebut, ada ancaman terlontar kepada Afnan, disaksikan langsung oleh wali kelas.

Baca juga :  Rekreasi ke Ramang-Ramang, Pangdam XIV/Hsn Berkunjung ke Gubuk Warga

Setelah itu, Afnan semakin pendiam. Tubuhnya melemah. Sampai akhirnya ia mengembuskan napas terakhir pada Jumat, 30 Mei 2025, sekira pukul 17.00 WITA. Sebelum berpulang, ia sempat menyebut satu nama, sayangnya, sang ibu tak lagi mengingatnya.

Kini keluarga tengah menyiapkan laporan resmi ke Polrestabes Makassar. Mereka tak ingin kasus ini berlalu begitu saja.

“Kami hanya ingin keadilan. Bukan untuk balas dendam, tapi agar tidak ada lagi anak yang jadi korban seperti ini,” ujar Katrina.

Pedomanrakyat.co.id mencoba menghubungi pihak sekolah untuk meminta tanggapan, namun hingga naskah ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi yang diberikan. (Hdr)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Dukung Pembangunan Generasi Unggul, TP PKK Pinrang Hadirkan Rumah Gizi di Tiap Kecamatan

PEDOMANRAKYAT, PINRANG – Pemenuhan gizi adalah salah satu kunci utama dalam pembangunan generasi unggul yang menjadi cita-cita bersama....

Sehari di SMAN 13 Bulukumba, Disupervisi, Disurvei, dan Disuguhi Makan Gratis

PEDOMANRAKYAT, BULUKUMBA — Awal pekan ini, aktivitas di SMAN 13 Bulukumba berlangsung lebih padat dari biasanya. Dalam satu hari,...

Warga Maccini Sombala Keluhkan Dua Pekan Air PDAM Tak Mengalir

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Warga di Kelurahan Maccini Sombala, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, mengeluhkan layanan air bersih dari Perusahaan Daerah...

Pangdam, Mayjen TNI Windiyatno Sambut Dankodaeral VI di Makodam Hasanuddin

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Dalam semangat memperkuat persatuan dan soliditas antarmatra, Pangdam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Windiyatno menerima kunjungan silaturahmi...