PEDOMANRAKYAT, ENREKANG — Hujan gerimis membasahi Lapangan Abu Bakar Lambogo, Senin pagi, 02 Juni 2025. Genangan kecil mulai membentuk pola-pola tak beraturan di rerumputan yang mulai lemas oleh air.
Namun, suasana khidmat tidak luntur. Langkah tegap Tim Paskibraka SMA Negeri 2 Enrekang tetap mantap menembus cuaca yang muram.
Pagi itu, mereka bukan sekadar barisan berseragam. Mereka adalah penjaga marwah Merah Putih dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila tingkat Kabupaten Enrekang.
Di tengah kabut dan udara lembap, mereka mengibarkan bendera sang Merah Putih dengan presisi, seragam tetap rapi, dengan wajah nan tegak.
Bupati Enrekang, Muhammad Yusuf Ritangnga memimpin langsung upacara sebagai pembina. Dari podium upacara, tatapannya tertuju pada anak-anak muda yang melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi.
Hadirnya kepala daerah seakan menegaskan, upacara ini bukan formalitas. Ini pengingat akan nilai-nilai yang menjadi dasar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang Pancasilais.
Tim Paskibraka dari SMA Negeri 2 Enrekang tak datang dengan tangan kosong. Sepekan sebelum upacara, mereka ditempa dalam latihan intensif.
Keringat, koreksi, pengulangan. Semua itu mereka lalui demi satu momen, yaitu saat Merah Putih mengangkasa, meski langit hari ini tak cerah.
"Cuaca bukan alasan untuk mundur. Ini tugas mulia," ujar Sukayono, pelatih sekaligus pembina tim, seusai upacara.
Ia menyaksikan sendiri bagaimana tim binaannya melampaui ekspektasi, bukan hanya dalam gerakan, tetapi dalam semangat.
Ungkap Sukayono yang juga selaku Kepala UPT SMAN 2 Enrekang, Paskibraka memang bukan panggung glamor. Namun, dari disiplin dan keberanian mereka, lahirlah simbol persatuan.
"Sebuah pesan senyap, generasi muda masih memegang erat nilai-nilai kebangsaan, di tengah derasnya arus digitalisasi dan individualisme zaman," terangnya.
Kisah Tim Paskibraka ini, ungkap Sukayono, bukan semata tentang mengibarkan bendera di bawah gerimis. Ini adalah potret kecil dari ketahanan semangat kebangsaan.
Sebuah napas panjang dari Enrekang yang mengingatkan kita, cinta tanah air tidak selalu berteriak, kadang cukup dengan langkah tegap dan bendera yang berkibar, Sukayono menandaskan. (Hdr)