RELO, yang merupakan unit khusus Kedubes AS untuk pengembangan bahasa Inggris, selama ini aktif menyuplai dukungan berupa pelatihan, lokakarya, hingga distribusi jurnal dan buku ajar yang dapat diakses guru, dosen, hingga calon pendidik.
Bagi Ali Yafid, kerja sama ini adalah peluang emas untuk membuka jendela dunia bagi para santri dan siswa madrasah.
Ia berharap, program ini menjadi langkah awal dari kemitraan yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Kami sangat berharap pendampingan dari Ms. Ruth ini bisa berlanjut. Bukan hanya untuk guru-guru yang sudah mengajar, tapi juga bagi siswa dan santri agar punya akses yang sama terhadap pendidikan global,” ujar Ali Yafid.
Lanjutnya, program ini juga disebut sejalan dengan arah kebijakan transformasi pendidikan keagamaan yang tengah digencarkan Kemenag.
Tambah Ali Yafid, termasuk upaya menjadikan madrasah sebagai lembaga pendidikan yang tak hanya unggul dalam keilmuan agama, tapi juga adaptif terhadap perkembangan dunia global.
“Kalau ingin bersaing, kemampuan bahasa adalah kunci,” kata Wahyuddin Hakim, Kabid Penmad Kemenag Sulsel.
Kerja sama semacam ini memang bukan hal baru, namun, tutur Wahyuddin lagi, intensitas dan fokusnya pada madrasah dan pesantren membuatnya cukup strategis.
Menjadikan bahasa Inggris sebagai keterampilan yang akrab di lingkungan pesantren tentu bukan perkara mudah, namun bukan pula mustahil, pungkas Wahyuddin.
“Setiap peluang harus diambil,” kata Ruth Goode. “Karena dunia tidak menunggu siapa yang tidak siap,” tandasnya. (Hdr)