PEDOMANRAKYAT, SLEMAN – Industri kecil dan menengah di Sleman tengah bergerak mengubah wajahnya. Bukan sekadar memproduksi barang, para pelakunya kini mulai menggali nilai-nilai yang terkandung dalam produk lokal sebagai daya tarik bagi wisatawan. Ini bukan hanya soal jualan, tetapi soal narasi dan solusi.
Sebanyak 40 pelaku IKM dari berbagai penjuru Sleman berkumpul dalam sebuah workshop bertajuk “Strategi IKM dalam Menaikkan Value Produk agar Menjadi Daya Tarik Wisatawan”, yang digelar Rabu, 25 Juni 2025.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta dan Rumah Kreatif Sleman (RKS), serta digelar di gedung Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Deskranasda) Sleman.
“RKS harus menjadi simpul utama dalam ekosistem UMKM daerah. Peran pembinaan tak bisa berhenti pada pelatihan teknis produksi, tapi harus menyentuh aspek komunikasi dan branding,” kata Herry Murthala, Konsultan IKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman, dalam sambutan pembukaan acara.
Sesi seminar dipandu Emiliana Maulida, perwakilan Mikom UPNYK sekaligus anggota IKM, yang mempertemukan dua perspektif yaitu, akademik dan praktis.
Pembicara pembuka, Cecelia Dwi W., praktisi pemasaran sekaligus mahasiswa Mikom, menekankan, nilai sebuah produk tidak cukup berhenti pada fungsi, melainkan harus menjawab permasalahan nyata dan kebutuhan emosional konsumen, terutama wisatawan.
Materi utama disampaikan oleh Dr. Kiki Gumelar, pendiri Chocodot alias cokelat khas Garut yang melejit ke pasar internasional.
Dengan pendekatan lugas dan naratif, Kiki membagikan kisah jatuh bangun membesarkan merek lokal hingga menjadi simbol kreativitas berbasis budaya.
“Saya mulai dari pertanyaan sederhana, masalah apa yang bisa diselesaikan oleh produk saya?. Dari sana lahir inovasi,” ujar Kiki di hadapan peserta yang menyimak sambil mencatat.
Bukan hanya mendengar, para peserta pun diajak mengerjakan lembar kerja yang dirancang untuk mengidentifikasi masalah konsumen, menggali solusi, dan menyusun kalimat promosi berbasis problem-solution-value.
Mahasiswa Mikom mendampingi tiap kelompok, mendorong pelaku IKM untuk menyusun ulang narasi produk mereka.
“Saya baru sadar, cerita di balik produk saya bisa jadi daya tarik wisatawan. Bukan cuma soal bahan baku, tapi soal makna,” ujar Hartilah, salah satu peserta, seusai acara. Ia mengaku akan kembali mempelajari materi dan worksheet yang dibagikan.
Workshop ini juga memberi penghargaan kepada lima lembar kerja terbaik, masing-masing mendapat bingkisan dari Koleksi eLena.
Tiga peserta dengan pertanyaan terbaik membawa pulang hadiah dari Chocodot. Voucher diskon dari Burger Bangor Pakem juga dibagikan kepada seluruh peserta, sebagai bentuk dukungan sektor swasta terhadap UMKM.
Di balik layar, kegiatan ini didukung oleh sponsor utama yaitu, Maldi’s Properties dan Marine Blue Vila, dua entitas bisnis yang berkomitmen pada penguatan ekonomi lokal melalui pariwisata.
Koordinator Program Studi Mikom UPNYK, Assoc. Prof. Dr. Edwi Arief Sosiawan, menyatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari tridharma perguruan tinggi yang diwujudkan secara konkret.
“Kami ingin mempertemukan nalar akademik dengan kebutuhan lapangan. Ketika UMKM kuat, pariwisata berbasis lokal akan tumbuh secara organik,” ujarnya.
Lebih dari sekadar seminar, kegiatan ini menjadi embrio gerakan kolektif untuk mengangkat produk lokal dengan pendekatan komunikasi strategis.
“Kami ingin membangun kultur baru dalam pemasaran UMKM, produk lokal bukan hanya barang jualan, tapi representasi dari solusi, cerita, dan identitas,” kata Cecelia Dwi, menutup sesi. (Hdr)