PEDOMANRAKYAT, WAJO - Bulan Muharram menandai pergantian tahun dalam kalender Hijriyah. Sebagai salah satu dari empat bulan suci (haram) dalam Islam, Muharram menjadi momentum istimewa bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal ibadah dan menjauhi segala bentuk dosa.
Dosen Universitas Islam As’adiyah Sengkang (UNISAD), H. Hasan Basri, S.Pd.I, M.Pd, menekankan pentingnya memanfaatkan bulan ini sebaik mungkin.
“Bulan Muharram menandai awal tahun Hijriyah dan merupakan salah satu dari empat bulan haram dalam Islam, bersama Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab,” ujarnya.
Menurut Hasan Basri, segala kebaikan yang dilakukan di bulan-bulan haram dilipatgandakan pahalanya, sementara dosa yang dilakukan mendapat balasan yang lebih berat.
“Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan menjauhi segala bentuk dosa serta permusuhan,” tambahnya.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram.”
(QS. At-Taubah: 36)
Muharram juga dikenal sebagai Syahrullah al-Muharram atau "bulan Allah", yang menunjukkan keistimewaannya. Salah satu amalan utama di bulan ini adalah puasa sunnah, terutama pada 10 Muharram yang dikenal dengan Hari Asyura.
“Rasulullah menyebut puasa di bulan Allah sebagai puasa paling utama setelah Ramadan,” terang Hasan Basri, mengutip hadis riwayat Muslim
Hari Asyura juga memiliki nilai sejarah penting. Pada hari itu, Nabi Musa AS dan Bani Israil diselamatkan dari kejaran Fir’aun. Sebagai bentuk rasa syukur, Nabi Muhammad SAW menganjurkan umat Islam untuk berpuasa.
“Aku berharap kepada Allah agar puasa pada hari Asyura menghapus dosa setahun yang lalu,” katanya, mengutip hadis Muslim.
Hasan Basri juga menyarankan agar umat Muslim menunaikan puasa di tanggal 9 atau 11 Muharram untuk membedakan diri dari kaum Yahudi yang juga berpuasa di Hari Asyura.
Lebih lanjut, ia mengajak umat Islam untuk menjadikan bulan Muharram sebagai momentum muhasabah dan hijrah spiritual.
“Awal tahun Hijriyah bukan sekadar pergantian kalender, tapi saatnya mengevaluasi diri dan memperbarui niat,” ucapnya.
“Bulan ini adalah momen untuk menata ulang hidup dalam kerangka iman dan memperbaiki kualitas ibadah,” sambungnya.
Menutup penjelasannya, Hasan Basri mengajak masyarakat memanfaatkan awal tahun Hijriyah sebagai permulaan perubahan ke arah yang lebih baik.
“Muharram bukan sekadar awal tahun, tapi awal perubahan. Mari jadikan bulan ini penuh keberkahan dengan memperbanyak ibadah, puasa sunnah, dan amal kebaikan,” pungkasnya. (Deden)