Dari TPA Antang ke Puncak Rinjani: Kisah Ucok, Bocah Pemulung yang Jadi Penyelamat Internasional

Tanggal:

Follow Pedomanrakyat.co.id untuk mendapatkan informasi terkini.

Klik WhatsApp Channel  |  Google News

*Anak Nakal yang Diam-Diam Jenius*

Di mata guru-gurunya, Ucok juga bukan anak biasa. Ia sering tidak masuk sekolah. Wali kelas kerap menghubungi Makmur karena keberadaannya tidak jelas. Tapi bukan karena nakal atau malas. Kadang, Ucok hanya ingin menghilang sejenak dari dunia.

“Saya pernah cari ke TPA, tidak ada. Mamanya juga bilang sudah pergi. Rupanya dia tidur di rumah, membungkus tubuhnya dengan kasur agar tidak diganggu. Pernah juga dia sembunyi di dalam lemari,” kenang Makmur.

Tapi di balik kenakalan itu, Ucok adalah **pembaca rakus**. Buku apapun yang ditemukan di sampah akan ia baca sampai tuntas. Novel, komik, bahkan buku pelajaran yang robek dan lusuh. Di situlah mental belajar otodidaknya terbentuk—dengan cara yang tak bisa diajarkan oleh bangku sekolah manapun.

*Mengubah Takdir, Diam-diam Daftar Kuliah*

Setelah lulus SMA, Ucok kembali membuat kejutan. Ia diam-diam mendaftar kuliah di **Universitas Hasanuddin (Unhas)**, tanpa memberitahu siapa pun, bahkan keluarganya. Baru setelah dinyatakan lulus dan resmi menjadi mahasiswa, ia memberi tahu ibunya, Daeng Rimang, dan kakaknya.

Bagi seorang anak pemulung dari TPA Antang, menembus Unhas bukan sekadar lompatan pendidikan itu adalah lompatan eksistensial. Ia tidak hanya menolak menyerah pada garis nasib, tapi juga menulis ulang definisi tentang siapa yang layak duduk di ruang akademik.

*Lebih dari Sekadar Nama Viral*

Kini, ketika media sosial ramai memberitakan tentang aksi heroiknya di Gunung Rinjani, Agam Rinjani tak pernah berubah. Ia tetap Ucok yang rendah hati, yang dulu membersihkan buku dari sampah dan menolak dibatasi oleh stigma. Namanya memang viral, tapi perjalanan hidupnya jauh lebih dalam dari sekadar trending topic.

Baca juga :  Shio Ular Kayu di Imlek 2025/2576, Beruntungkah Tahun Ini?

“Ucok adalah tamparan untuk sistem yang gagal melihat potensi anak-anak marjinal. Dari tumpukan sampah ia tumbuh, bukan sebagai korban, tapi sebagai pembebas,” tegas Makmur.

*Menerangi Jalan yang Gelap*

Kisah Agam Rinjani adalah refleksi keras dari realitas sosial kita. Ia menunjukkan bahwa keberanian tidak selalu lahir dari keberuntungan, dan pendidikan sejati sering kali tumbuh di luar kelas. Ia bukan hanya penyelamat satu pendaki asing, tapi bisa jadi penuntun bagi ribuan anak Indonesia yang sedang tersesat di gelapnya kemiskinan, pengabaian, dan ketidakadilan struktural.

Jika kelak Agam Rinjani berdiri sebagai pemimpin, jangan heran. Ia telah lebih dulu memimpin dirinya sendiri menembus batas takdir yang dipaksakan. Ia bukan hanya mendaki gunung, tapi juga mendaki hidup. (*/And)

1
2
TAMPILKAN SEMUA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Artikel Terkait

Kejati Sulsel Bongkar Dugaan Korupsi Bibit Nanas Rp60 Miliar

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR – Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan melakukan penggeledahan di tiga lokasi berbeda pada Kamis (20/11/2025) terkait penyidikan...

Akibat Pengrusakan Aset, PT Barapala Alami Kerugian Mencapai Rp 5 Miliar

PEDOMANRAKYAT, MEDAN - Direktur PT Barumun Raya Padang Langkat (Barapala), M Syukri menyesalkan bentrok yang terjadi antara sekuriti...

Kapolres Halmahera Utara Pimpin Sertijab Kasat Reskrim, Kapolsek Malifut dan Penyerahan Jabatan Kasi Propam

PEDOMANRAKYAT, HALMAHERA UTARA - Kepolisian Resor Halmahera Utara, Maluku Utara menggelar serah terima jabatan, (Sertijab) dan penyerahan jabatan...

Akhir Tahun Makin Hemat, Informa Mall Panakkukang Tawarkan Cashback hingga Rp11 Juta

PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR - Menjelang akhir tahun, Informa kembali memanjakan pelanggan setianya di Kota Makassar lewat penawaran spektakuler yang...