PEDOMANRAKYAT, MAKASSAR -- Yayasan Sulapa Eppae (YSE) melaksanakan Program Kolaborasi Antar Institusi Kebudayaan pada Program Dana Indonesiana Tahun 2024-2025 yang dikemas dalam bentuk diskusi, pementasan karya seni, dan pemberian penghargaan kepada seniman dan budayawan di Gedung Mulo Makassar pada 6 Juli 2025.
Kegiatan ini diawali dengan pembukaan acara oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Sulapa Eppae, Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM. Dalam sambutannya, beliau menguraikan bahwa pemberian apresiasi kepada seniman dan budayawan adalah hal yang sangat strategis.
"Pemberian apresiasi ini sudah dilakukan dua kali pada tahun 2025, dan kali ini lima orang seniman dan budayawan menerima penghargaan. Hal ini menunjukkan komitmen Yayasan Sulapa Eppae terhadap dedikasi penciptaan karya-karya seni, baik perorangan maupun komunitas," ungkap Ajiep Padindang.
Beliau menjelaskan bahwa penetapan para penerima penghargaan di tahun 2025 berdasarkan hasil penilaian dari tim penilai yang dibentuk oleh Yayasan Sulapa Eppae. Tim ini terdiri dari Dr. Nurlina Sjahrir, M.Hum. (Ketua Tim), Drs. A. Rachim Kallo (Sekretaris Tim), Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM., Jamal Andi, S.Sos, M.Si., dan Mursalim Tahir, SS. Tim tersebut telah bekerja selama dua bulan, dari Mei hingga Juli 2025, dan telah menetapkan lima orang seniman dan budayawan yang layak menerima penghargaan.
Setelah pembukaan acara, dilanjutkan dengan pementasan karya seni sastra oleh Teater Satu SMA Negeri 1 Makassar, berjudul "Galigo Nawawana Sawerigading." Skenario dan Pengarah pertunjukan Ilham Anwar, Konsulta dan Supervisi Pertunjukan Abdi Bashit, Penata Musik Erwin Sulaeman, Produseri Drs. Sulihin Mustafa, S.Pd.,M.Pd (Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Makassar).
Pertunjukan ini mengangkat kisah mitologi Bugis dari naskah sastra terpanjang di dunia, "Sureq Galigo," yang telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 2011. Pertunjukan ini menyoroti konflik obsesi Sawerigading yang ingin mengawini adik kembarnya, We Tenri Abeng. Atas cinta terlarang tersebut, Sawerigading memilih meninggalkan negerinya dan berlayar mengarungi samudera takdirnya. Pertunjukan ini menjadi yang pertama yang mengusung kisah Sureq Galigo dengan menggunakan bahasa Bugis Kuno, dan berhasil menjadi juara dalam Festival Teater Berbahasa Daerah Se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Tahun 2024.
Hasil penampilan pelajar ini sangat epik dan menakjubkan, menarik perhatian peserta yang hadir dan disambut dengan aplaus meriah saat mengakhiri pertunjukannya.
Acara dilanjutkan dengan diskusi apresiasi budaya Tahun 2025, menghadirkan lima narasumber, antara lain Prof. Dr. Andi Jamila, M.Sn. (Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Makassar, yang juga seorang koreografer, memiliki kepakaran dalam pengkajian tari tradisional), mengankat tema Karya Seni Tari Berbasis Budaya Lokal. Drs. H. Andi Mahrus Syarief, M.Si. (Penyair dan Kritikus Karya Sastra) Tema Karya Sastra Berbasis Budaya Lokal, Andi Abdi Bashit, SE yang biasa disapa Cucut seorang seniman musik tari tradisional mengangkat tema Karya Musik Berbasis Budaya Lokal. Andi Bahar Yusuf, panggilan akrabnya Bahar Merdhu seorang seniman pertunjukan khusunya teater dengan tema Karya Seni Pertunjukan Opera, Teater, Permainan Rakyat, Cerita Rakyat. dan terakhir Dr. Karim, S.Pd., M.Pd. seorang budayawan dengan mengangkat tema Pendidikan Karkater Berbasis Budaya Lokal. Diskusi ini dipandu oleh Rachim Kallo, yang menciptakan suasana interaktif.
Selanjutnya, pementasan Tari Pasompe dari Sanggar Batara Maru' Maros, yang dikoreografikan oleh Oktaviani Dwi Arti, menampilkan simbol Toodo Puli Temmallara dalam komposisi musik perkusi dan gerak tari. Penampilan ini berhasil membangkitkan semangat penonton dengan irama gendang yang bertalu-talu.
Di penghujung acara, Yayasan Sulapa Eppae memberikan penghargaan apresiasi seni budaya Tahun 2025 kepada lima orang seniman dan budayawan. Penghargaan ini dibacakan oleh Ketua Tim Penilai, Dr. Nurlina Sjahrir, M.Hum., dan diserahkan langsung oleh Dr. H. Ajiep Padindang, SE, MM. Para penerima penghargaan antara lain Andi Abubakar Hamid, SE sebagai Maestro Tari, Drs. Andi Mahrus Syarief, M.Si. sebagai Kritikus Karya Sastra, Andi Abdi Basit, SE, sebagai Maestro Karya Seni Musik Tradisional, Andi Bahar Yusuf sebagai Maestro Seni Pertunjukan dan Dr. Karim, S.Pd., M.Pd. sebagai Penggerak Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Bugis.
Acara ini menegaskan komitmen Yayasan Sulapa Eppae dalam mendukung dan mengapresiasi karya seni dan budaya di Sulawesi Selatan. (pw/rk)