Kedua, pelaksanaan Training of Trainer (ToT) yang menghidupkan kembali semangat pelatihan. Para peserta merasakan suasana yang dinamis dan menyentuh kebutuhan ril di lapangan. Syamsuddin Latief dari Bone menyebut pelatihan ini sebagai ruang pembinaan yang “terukur, penuh muatan, dan inspiratif.”
Irman, S.Pd dari Barru, menambahkan bahwa pelatihan ini memberikan pelatih kepercayaan diri, wawasan, dan keterampilan yang lebih baik dalam merancang kursus. “Pelatihan kini terasa menantang, menarik, menyenangkan, dan penuh persaudaraan,” ujarnya.
Soliditas antara Binawasa dan Pusdiklat menjadi perhatian utama keduanya. Prof. Jasmal dan Fahri sepakat bahwa jika kebijakan dan pelaksanaan teknis tidak sejalan, maka pembinaan akan timpang. Karena itu, keduanya terus mendorong keselarasan sebagai dasar keberlanjutan pembinaan.
Soliditas ini kini mulai merembes ke struktur bawah, dari pelatih ke pembina, dari cabang ke ranting. Terbangun kesadaran kolektif bahwa pembinaan orang dewasa adalah kerja tim besar yang membutuhkan kolaborasi lintas fungsi dan generasi.
Dengan pendekatan kolaboratif dan strategi yang matang, Sulawesi Selatan dinilai memiliki potensi besar menjadi barometer nasional dalam Pembinaan Orang Dewasa. Bukan hanya sebagai pelaksana kegiatan, tetapi sebagai penentu arah dan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.
Para pelatih dan pembina kini menanti program unggulan berikutnya: INDABA SULAWESI SELATAN 2025 – TEMU RINDU 1.000 PEMBINA. Sebuah pertemuan besar yang diyakini akan menjadi ajang penguatan kapasitas, silaturahmi lintas generasi, dan pengukuhan semangat pengabdian dalam gerakan Pramuka dewasa. (*Rz)