Menyatukan mereka dalam aksi nyata yang tak melulu berbentuk seremoni atau diskusi meja bundar.
Bagi Muli, perubahan hanya bisa terjadi jika pemuda merasa memiliki, merasa didengar, dan merasa diberi ruang.
Lebih jauh dari itu, ia ingin mengubah cara pandang terhadap kepemimpinan pemuda. Bukan sebagai rebutan posisi, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab.
“Kita terlalu lama mengeluhkan keadaan tanpa keberanian mengambil peran,” ujarnya. “Saatnya pemuda Palopo bersatu dan melangkah lebih jauh.”
Gagasannya memang sederhana, tapi berakar kuat pada realitas sosial. Ia percaya dialog harus dihidupkan, bukan hanya di forum resmi, tapi juga dalam pertemuan-pertemuan kecil seperti di kafe, lapangan, hingga media sosial.
“Karena perubahan tidak lahir dari satu orang,” tegasnya, “tapi dari keberanian untuk saling terhubung.”
Dengan langkah yang tenang namun mantap, Muli tak sedang memburu popularitas. Ia justru sedang membangun ruang partisipasi, tempat pemuda merasa punya tempat untuk menyuarakan keresahan dan ide.
Sebab baginya, masa depan Palopo tak akan ditentukan oleh elite semata, melainkan oleh generasi muda yang berani menciptakannya mulai hari ini. (Nuryadin)