PEDOMAN RAKYAT, MAKASSAR - Tim Pelaksana Pengabdian dengan Skema DPPM Kemdiktisaintek dari Fakultas Bahasa dan Sastra UNM menggelar kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) Tahun 2025 di Komunitas Anak Pelangi (K-apel), Kelurahan Parang Tambung, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar. Minggu, 3/8/2025
Kegiatan ini mengusung tema "Pemanfaatan Teknologi Deep Learning dan NLP dalam Penguatan Nilai dan Karakter Budaya Lokal pada Anak melalui Buku Cerita Bergambar."
Kegiatan ini mengusung tema: "Pemanfaatan Teknologi Deep Learning dan NLP dalam Penguatan Nilai dan Karakter Budaya Lokal pada Anak melalui Buku Cerita Bergambar." menghadirkan narasumber utama, Dr. Asis Nojeng, M.Pd., akademisi UNM yang memaparkan pentingnya pelestarian budaya melalui pendekatan yang sesuai dengan zaman.
Di hadapan anak-anak K-apel, Dr. Asis menjelaskan bahwa kekayaan budaya Sulawesi Selatan, seperti cerita rakyat, nilai-nilai kearifan lokal, dan kisah pahlawan nasional, merupakan warisan penting yang harus dikenalkan sejak dini.
"Sulawesi Selatan memiliki kekayaan budaya yang diwariskan melalui cerita rakyat. Cerita-cerita ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sarana pendidikan karakter. Sayangnya, generasi muda mulai melupakan cerita rakyat karena dianggap kuno. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami nilai budaya di dalamnya, lalu mengubahnya menjadi pesan moral yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan modern,” ujar Dr. Asis.
Dr. Asis Nojeng, M.Pd. menekankan pentingnya pelestarian budaya melalui pendekatan yang sesuai dengan zaman, sehingga nilai-nilai budaya dapat tetap relevan dan menarik bagi generasi muda.
Dr. Asis juga menjelaskan bahwa kekayaan budaya Sulawesi Selatan, seperti cerita rakyat, nilai-nilai kearifan lokal, dan kisah pahlawan nasional, merupakan warisan penting yang harus dikenalkan sejak dini kepada anak-anak.
Ita Rosvita, S.S., M.Hum. menekankan pentingnya memadukan nilai budaya dengan teknologi, sehingga identitas sebagai Bugis-Makassar dapat diteguhkan kepada anak-anak melalui cerita bergambar dalam bahasa Bugis dan Makassar.
" Memahamkan nilai budaya lokal dengan memperhatikan perkembangan teknologi berarti meneguhkan identitas sebagai Bugis-Makassar kepada anak. Cerita bergambar dalam bahasa Bugis dan Makassar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik adalah sarana efektif untuk menyampaikan nilai-nilai luhur," ungkap Ita.
Bungatang, S.S., M.Hum. menjelaskan bahwa pesan moral melalui media visual-interaktif dapat memperkuat efektivitas pembelajaran karakter, sehingga nilai-nilai seperti kejujuran dapat lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam kehidupan anak-anak.
Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan cinta terhadap budaya sendiri pada anak-anak, sehingga mereka dapat lebih menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal. ( ab )